Dark/Light Mode

Diincar Dengan Harga Tinggi, Khofifah Larang Ekspor Katak Porang

Jumat, 18 Juni 2021 17:07 WIB
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa. (Foto: Istimewa)
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Guna memberikan penguatan komoditas porang, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo dan Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy melakukan gerakan panen porang di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Kamis (17/6).

Turut mendampingi sekaligus melakukan panen porang tersebut, antara lain Bupati Ahmad Dawami, Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, dan Komisi IV DPR.

Seusai melakukan panen porang tersebut, Gubernur Khofifah menyempatkan diri berdialog dengan para petani porang yang masuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) desa tersebut. Ada sebanyak 25 petani yang sedang melakukan aktivitas di lahan porang.

Baca juga : Filipina Anugerahi Tanda Jasa Tertinggi Untuk Mendiang Dubes Sinyo Sarundajang

Saat berdialog, dirinya mengaku terkejut banyak petani porang perempuan yang ada di lahan porang tersebut. Tak hanya berdialog, orang nomor satu di Jatim itu juga memberikan masker dan sembako kepada para petani porang.

Saat diwawancarai media, Khofifah menegaskan, untuk melindungi para petani porang, Pemprov Jatim sudah mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Jatim terkait larangan ekspor katak porang ke luar negeri.

Larangan ekspor tersebut diberlakukan karena banyak bibit atau katak porang yang dijual ke luar negeri. Sebagai informasi, harga katak porang senilai Rp. 200 ribu/kg, sedangkan umbi basah porang Rp 7 ribu/kg, chip Rp. 50 ribu/kg, dan rendemen chip 15 persen dari porang basah.

Baca juga : Ansor Dan PPP Jatim Dukung Khofifah Bertarung Di Pilpres 2024

“Katak porang ini diburu dari sangat banyak negara yang beriklim tropis untuk budidaya porang. Jadi saya mohon Pak Bupati Madiun dan petani porang menjaga bahwa sesuai SK Gubernur melarang katak untuk diekspor ke luar negeri,” tegas Khofifah.

Ia menambahkan pihaknya juga akan terus mengkonsolidasikan terkait pelarangan ekspor katak porang dengan Bea Cukai.

Menurut Khofifah, petani membutuhkan banyak bibit atau katak saat mengembangkan tanaman porang. Namun, para petani akan kesulitan mendapat bibit saat katak diekspor.

Baca juga : Jangan Kendor Jaga Lingkungan, Meski Dihadang Pandemi

Untuk itu, larangan ekspor bibit tanaman porang akan membantu petani mendapatkan bibit porang. Sehingga katak porang ini lebih baik dibudidayakan di dalam negeri. Apalagi luasan lahan di Jatim masih cukup untuk bisa ditanami komoditas porang.

Terkait hilirisasi porang, Khofifah mengatakan, saat ini Universitas Brawijaya telah menjadi center of excellence untuk komoditas porang. Harapannya bisa terus mengembangkan varian end product porang. Potensi hilirasi produk dan pohon industri porang sebanyak 21 produk turunan.

“End product porang itu variannya sudah cukup banyak. Pasti membutuhkan teknologi pangan yang lebih advance lagi supaya pasar yang bisa diakses lebih banyak lagi,” ujarnya. [SAR

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.