Dark/Light Mode

Rakyat Percaya Mana

Tempe Jokowi Tebal, Tempe Sandiaga Tipis

Kamis, 1 November 2018 11:27 WIB
Presiden Joko Widodo memegang tempe saat blusukan ke Pasar Suryakencana, Bogor, Jawa Barat, Selasa (31/10) malam. Presiden dan pedagang tempe, sama-sama tersenyum.(Foto: Biro Pers)
Presiden Joko Widodo memegang tempe saat blusukan ke Pasar Suryakencana, Bogor, Jawa Barat, Selasa (31/10) malam. Presiden dan pedagang tempe, sama-sama tersenyum.(Foto: Biro Pers)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di musim kampanye, urusan tempe bisa jadi urusan besar. Presiden Jokowi menyebut ukuran tempe masih tebal. Sebelumnya, Sandiaga Uno menyebut ukuran tempe tipis, setipis ATM akibat mahalnya kedelai. Rakyat mau percaya yang mana ya? Yang tebal, apa yang tipis?

Debat panas soal harga dan ukuran tempe ini muncul sebelum masa kampanye pilpres, pertengahan September lalu. Kala itu, Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno mulai rajin blusukan ke pasar-­pasar tradi­sional. Di sana, Sandi menemui para pedagang dan pembeli. Menampung curhatan mereka sambil meninjau harga barang-­barang. Dari sembako sampai sayur­-mayur. Dari setiap kunjungan ke pasar itu, Sandi selalu mendapatkan satu kesimpulan. Bahwa harus ada perbaikan di sektor ekonomi. Soalnya emak-­emak sudah mengeluh harga-­harga sembako mulai naik. Cabai, bawang dan telur naik. Tak banyak yang bisa dibeli dari uang seratus ribu.

Sandi juga menceritakan gara-gara pelemahan rupiah, harga kedelai ikutan naik. Ukuran tempe pun jadi mengkeret. Sandi kemudian menceritakan keluhan seorang ibu yang menemukan tempe yang sudah “setipis ATM”. Tak disangka, omongan Sandi itu jadi viral dan polemik. Menyengat lawan politiknya. Tak hanya itu, ada banyak istilah lain yang disampaikan Sandi untuk menggambarkan kondisi ekonomi yang tak beres. Misalnya tempe "sachet”, tempe “seukuran tablet” dan tempe “segede HP jadul”. Tablet maksudnya bukan sejenis obat. Tapi sejenis IPad yang ukurannya sebesar buku biasa.

Sandi juga mengungkap harga sepiring nasi ayam di Indonesia lebih mahal dibanding Singapura. Sandi mengaku sengaja menyoroti tempe, karena merupakan makanan sejuta umat. Hampir setiap hari ada  di meja makan orang Indonesia. “Isu ini konkret di masyarakat, tidak ngawang­-ngawang seperti kalau kita omong demokrasi dan pilpres,” kata Sandi, suatu kali.

Baca juga : Jokowi Cs & Prabowo Cs Rame-rame Saling Melapor

Kubu Jokowi-­Ma’ruf rupanya sangat  terganggu dengan berbagai serangan dan manuver Sandi itu. Termasuk soal  tempe. Berbagai sanggahan sudah disampaikan. Hampir semua anggota tim  kampanye Jokowi­-Maruf menyatakan tak ada tempe setipis ATM. Seolah ingin ikut meng-counter, Selasa  (30/10) malam, Jokowi blusukan ke  Pasar  Suryakencana  di Jalan Roda, Kota Bogor. Jokowi tiba di lokasi  sekitar  pukul  10  malam  dengan  mengenakan kemeja putih lengan panjang yang sudah digulung. Ikut mendampingi, Walikota  Bogor  Bima Arya. Tiba  di pasar,  Jokowi  langsung  menemui  para pedagang. Mulai dari pedagang  cabai, bawang, dan sayur mayur seperti bayam. 

Di lapak bayam, Jokowi mengambil dua ikat. Menanyakan harganya dan kemudian membelinya. Presiden juga mendatangi  lapak  pedagang  ayam,  tahu dan tempe. Pedagangnya disapa. Juga ditanya soal harga komoditas yang mereka jual. Jokowi  mengaku  ke  pasar, untuk meninjau  harga  berbagai komoditas. Mengecek kesesuaian fakta lapangan dengan data  pemerintah yang  menunjukkan  inflasi  3,5  persen. Yang artinya harga stabil. Padahal biasanya, inflasi ada di kisaran 7-8 persen.

“Artinya,  harga  itu  terkendali.  Dipikir, saya nggak pernah keluar masuk pasar,” kata  Jokowi.  Dari  hasil  blusukan  itu, ia  melihat  ada  beberapa komoditas yang turun harga. Antara lain, sawi hijau dan buncis. Meski ada juga yang naik, seperti alpukat dan ayam potong. Kenaikan  ini dikarenakan  suplai  yang menurun. Dan menurut Jokowi, itu adalah hal biasa. Jokowi menilai kondisi harga-­harga di pasar  ini  sejalan  dengan  kondisi makro ekonomi, terutama yang terkait dengan besaran inflasi. Harga terkendali. Harga tempe misalnya, masih segitu- segitu  saja.  Ukurannya pun masih sama.

“Harganya tetap. Tadi  lihat  sendiri. Ya  (tempenya)  tebal,” kata Jokowi. Ia berharap tidak ada pihak­-pihak yang bicara sebaliknya. Bahwa harga­-harga mahal. “Nanti ibu-­ibu di pasar marah. Nanti nggak ada yang datang ke pasar. Larinya ke supermarket, ke mal,” ungkapnya. Jokowi berjanji bila terjadi lonjakan harga bahan pokok, ia akan  memerintahkan  menteri  terkait untuk menjaga stabilitas harga. 

Baca juga : Lion Tetap Singa Atau Jadi Kucing

Bagaimana tanggapan Sandiaga soal ini? Politikus Gerindra ini mengapresiasi, akibat pernyataan “tempe setipis ATM”, Presiden  Jokowi  berkunjung  ke pasar. Sehingga, Presiden bisa memperhatikan keluhan harga bahan pokok yang tinggi. Sandi menceritakan, apa  yang didapatnya  saat  blusukan  justru berbeda. Saat berdialog dengan pedagang dan pembeli, mereka mengeluhkan harga sembako yang naik. “Tentu kita harus hargai dan apresiasi, sekarang Presiden memiliki perhatian turun  ke  pasar,  saya acungkan  jempol. Kita harap, nanti ada diskursus tentang harga­-harga, tentang lapangan pekerjaan.  Itu dua  hal  utama  yang disampaikan  masyarakat  kepada  kita,” kata Sandi di Jakarta, kemarin. 

Soal harga dan ukuran tempe, Sandi menantang Jokowi untuk mencari ukuran tempe di pasar. “Sekarang kita lakukan the search for the size of tempe, kita lakukan  pencarian  tempe  seperti apa ke depan,” kata Sandi. Menurutnya, Pilpres  2019  akan  semakin  menarik. Pasalnya, perdebatan mengerucut ke satu diskursus tentang tempe, yang merupakan makanan favorit di Indonesia.

Menanggapi hal ini, Peneliti Ekonomi Politik CSIS (Centre for Strategic and International Studies) Yose Rizal Damuri mengatakan cara komunikasi Sandi soal tempe, adalah untuk membidik pemilih dari kalangan perempuan, yang secara umum memegang  kebijakan  belanja  keluarga. Menurutnya, ada istilah economic voting, yang digunakan untuk memilih berdasarkan kebijakan atau hasil ekonomi calon presiden yang dipilih.

Pernyataan senada juga disampaikan Pengamat Politik Universitas Andalas Asrinaldi.  Apa yang disampaikan  Sandi soal remeh-temeh seperti tempe, itu adalah untuk mengingatkan  kondisi  ekonomi  saat ini.  Meski  remeh-temeh,  tapi  sangat mengena  di  masyarakat  menengah ke bawah. Dan menurut dia, apa yang dilakukan Jokowi dengan blusukan ke pasar, adalah untuk ikut memainkan isu ini. Agar tidak hanya Sandi yang memainkan isu ini sendirian. 

Baca juga : Menkeu Sri Mulyani Menangis

Di  jagat Twitter,  topik  dan  harga tempe  ini  menuai  banyak  komentar. Warganet terbelah. Kebanyakan menyerang Sandiaga. “Mau adu visi misi, nggak mungkin. Mau adu program, gak  mungkin.  Mau  adu  prestasi,  jelas ga mungkin. Semua jauh dari harapan, blasss. @sandiuno cuma bisa adu ukuran  tempe,” cuit @RizmaWidiono. Akun  @intanyk94  yakin,  Sandiaga hanya  nakutin  kalau  harga  mahal. Padahal buktinya tidak begitu. Orang masih  mampu beli.  “Di  kampung-­kampung, warga justru makin makmur, bisa  belanja  lebih  dari  sebelumnya. Tempe, sayur-mayur masih mudah didapat,''ujarnya.[BCG]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.