Dark/Light Mode

Panas Ekstrem Tewaskan 25 Orang, KBRI New Delhi: WNI Baik-baik Saja

Rabu, 4 Mei 2022 12:55 WIB
Orang-orang mandi pada hari yang panas di Kolkata, India, awal bulan ini. (Foto Getty Images/Debarchan Chatterjee)
Orang-orang mandi pada hari yang panas di Kolkata, India, awal bulan ini. (Foto Getty Images/Debarchan Chatterjee)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di New Delhi mengabarkan, Warga Negara Indonesia (WNI) di India baik-baik saja saat cuaca panas ekstrem melanda Negeri Bollywood itu. Sejak akhir Maret lalu, India merasakan cuaca panas 40-45 derajat Celcius.

"Tidak ada dampak signifikan yang dirasakan WNI di India. Kebanyakan WNI sudah mengantisipasi cuaca ekstrem dan mengurangi kegiatan luar ruangan," keterangan tertulis KBRI New Delhi, Rabu (4/5).

Berdasarkan laporan KBRI, mayoritas WNI yang berada di India adalah mahasiswa dan juga pekerja kantoran. Sehingga tidak ada laporan WNI yang mengalami masalah kesehatan akibat berlama-lama di ruang terbuka selama cuaca ekstrem.

Dijelaskan KBRI New Delhi, cuaca panas ekstrem sebetulnya bukan hal yang aneh di India. Biasanya suhu setinggi itu terjadi saat puncak musim panas, sekitar Juli, bukan April. Cuma tahun ini terjadi lebih cepat.

Baca juga : Kerusuhan Kazakhstan Tewaskan 164 Orang, Lebih Dari 5.000 Orang Ditahan

"India memang mengalami musim panas di pada April-September. Dan suhu tertinggi biasanya tercatat pada juli," terang KBRI New Delhi.

Di tengah gelombang panas ini, sekolah ditutup, sementara pasokan batu bara menurun sehingga berpotensi membuat warga kekurangan listrik dan air.

Dilansir Aljazeera, Rabu, 25 orang tewas akibat cuaca panas ekstrem di negara bagian Maharashtra, India barat sejak akhir Maret. Jumlah kematian tertinggi sebanyak 15 orang dilaporkan di wilayah Vidarbha, enam di wilayah Marathwada dan empat di Maharashtra utara.

Sebanyak 381 kasus heat stroke (serangan panas) tercatat di negara bagian tersebut. “Laporan post-mortem dari enam orang telah mengkonfirmasi bahwa mereka telah meninggal karena serangan panas. Kami belum menerima laporan tentang 19 orang yang tersisa,” kata seorang pejabat kesehatan setempat.

Baca juga : Kelar Jalani Prosedur Medis Elektif Di RS Jantung, Kondisi Mahathir Baik-baik Saja

Roxy Mathew Koll, ilmuwan iklim di Institut Meteorology Tropis mengatakan kepada wartawan BBC di Delhi, Sharanya Hrishikesh, sejumlah faktor atmosfir menyebabkan gelombang panas saat ini.

"Penyebab gelombang panas adalah pemanasan global, namun penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengaitkan perubahan iklim ke fluktuasi cuaca," kata Koll.

Lebih dari satu miliar orang di India dan negara tetangga Pakistan rentan terhadap panas yang ekstrem. Dampak cuaca ekstrem ini paling dirasakan penduduk miskin. "Orang miskin tak punya fasilitas untuk menahan panas karena tak bisa terus di dalam (rumah) bagi yang tak punya rumah untuk menahan panas," kata Dr Chandni Singh, peneliti senior Institute India untuk Permukiman.

Selain memperhatikan penduduk miskin, Singh mengatakan, Pemerintah harus memperhatikan kualitas hidup rakyat.

Baca juga : Menhub Lepas Ekspor Gerbong Barang INKA ke Selandia Baru

"Gelombang panas dapat berdampak buruk pada kesehatan. Bila suhu tetap tinggi pada malam hari, badan tidak bisa beristirahat, sehingga meningkatkan kemungkinan sakit dan tingginya biaya untuk fasilitas kesehatan," katanya.

Sejak 2015, pemerintah federal dan negara bagian mengeluarkan sejumlah langkah untuk mengatasi dampak gelombang panas, seperti melarang orang bekerja di luar ketika suhu udara sangat tinggi. Namun, menurut Singh, langkah ini baru efektif bila undang-undang perburuhan dirombak.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.