Dark/Light Mode

Tak Lagi Vokal Soal Muslim Di Xinjiang

Erdogan Ditekuk Jinping

Jumat, 5 Juli 2019 04:10 WIB
Presiden Recep Tayyip Erdogan (kiri) disambut anak-anak saat mengunjungi Istana Kepresidenan China bersama Presiden Xi Jinping, Selasa (2/7). (Foto : AP).
Presiden Recep Tayyip Erdogan (kiri) disambut anak-anak saat mengunjungi Istana Kepresidenan China bersama Presiden Xi Jinping, Selasa (2/7). (Foto : AP).

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan biasanya berapi-api saat bicara soal nasib muslim di Xinjiang, China. Kebanyakan isinya, mengkritik tindakan pemerintah China. Tapi saat bertemu Presiden China Xi Jinping, omongan Erdogan sudah lain. Penguasa Turki ini yakin ada solusi di Xinjiang. Tanda Erdogan ditekuk Jinping? Erdogan bertemu Presiden China Xi Jinping di Beijing, Selasa (2/7).

“Saya percaya kami dapat menemukan solusi untuk masalah ini dengan mempertimbangkan sensitivitas kedua pihak,” kata Erdogan, seperti dilansir media online CNA, kemarin.

Media pemerintah China mengklaim, Erdogan mengatakan bahwa muslim dari berbagai etnis hidup bahagia di Xinjiang. Namun jurnalis Turki yang ikut dalam rombongan merasa tak pernah mendengar pernyataan itu.

Baca juga : Tak Ingin Golkar Terpecah, Rizal Minta Bamsoet Tahan Diri

Tak hanya itu media China juga mengutip pernyataan Erdogan bahwa dia memperingatkan mereka yang berusaha menyalahgunakan isu Xinjiang untuk menciptakan ketegangan Turki dan China. Kedua negara memiliki hubungan dekat dalam perdagangan.

“Penyalahgunaan ini punya dampak negatif pada hubungan Turki-China. Sangat penting bahwa kami tidak memberikan kesempatan untuk penyalahgunaan semacam itu,” kata Erdogan.

Menurut Erdogan, Turki akan mengirim utusan ke Turkestan Timur, nama lain dari Xinjiang yang diberikan para aktivis. China pun terbuka untuk menerima usulan itu.

Baca juga : Sri Mulyani Janji Kurangi Tenaga Kerja Asing

Kementerian Luar Negeri Turki pada Februari lalu mengecam perlakuan China terhadap etnis Uighur dengan menyebutnya sangat memalukan bagi kemanusiaan. Disebutkan, umat Islam yang ditahan di pusat pendidikan atau penjara menjadi korban penyiksaan dan pencucian otak.

Sekitar 1 juta muslim etnis Uighur dan minoritas lainnya dilaporkan ditahan dalam kamp-kamp untuk mengikuti pendidikan. Beberapa laporan dari warga yang melarikan diri menyebutkan, mereka dipaksa melakukan tindakan yang dilarang agama seperti memakan daging babi serta tidak boleh menunaikan salat.

China berkali-kali membantah menahan muslim. Kamp-kamp itu mereka sebut sebagai pusat pendidikan yang bertujuan menjauhkan warga dari ekstremisme agama. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.