Dark/Light Mode

Lebih Suka Jadi Astronot, Anak-anak China Nggak Tertarik Profesi Vlogger/ Youtuber

Minggu, 21 Juli 2019 23:49 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Bukan rahasia, jika kemajuan teknologi internet banyak membuat kaum muda melirik profesi yang lekat dengan media sosial, sebagai pilihan kariernya kelak. Misalnya saja, vlogger atau Youtuber.

Hal ini umumnya terjadi di negara yang tidak membatasi akses dunia maya seperti Inggris dan Amerika Serikat (AS).

Setidaknya, hal ini tergambar dari hasil penelitian yang dilakukan lembaga riset Inggris, Harris Insights & Analytics. Hasil riset tahun 2018 itu menyebutkan, 30 persen anak-anak di Inggris tertarik ingin menjadi Vlogger atau Youtuber sebagai sandaran masa depan.

Baca juga : Habis Shalat Id, Anies Sawer Anak-anak dengan Uang Baru

Profesi lain yang masuk daftar favorit anak-anak di negara tersebut adalah guru (25 persen), atlet profesional (21 persen), musikus (18 persen), dan astronot (11 persen).

Di AS, kondisinya tak jauh beda. Anak-anak yang bercita-cita ingin menjadi Vlogger/Youtuber ada 29 persen. Di bawahnya, menyusul profesi guru (26 persen), atlet profesional (23 persen), musikus (16 persen), dan astronot (11 persen).

Sebaliknya, di China, profesi Vlogger/Youtuber kurang diminati. Anak-anak yang ingin cari duit di lahan itu hanya 11 persen. Profesi ini ada di posisi terakhir dalam daftar yang difavoritkan.

Baca juga : Kubu Oposisi Jepang Tak Punya Nilai Jual

Mayoritas anak-anak negeri Tirai Bambu ini justru kepincut ingin jadi astronot. Ada 56 persen anak-anak di China, yang tertarik pada profesi yang berkutat dengan dunia luar angkasa. Profesi berikutnya yang digandrungi anak-anak China adalah guru (52 persen), musikus (47 persen), atlet profesional (37 persen), baru kemudian Vlogger/ Youtuber (18 persen).

Sangat mungkin, preferensi anak-anak terhadap jenis-jenis pekerjaan itu dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah masing-masing.

Seperti kita ketahui, pemerintah China memberlakukan pembatasan internet yang cukup ketat. Manfaat yang diperoleh dari pembatasan akses internet ini antara lain adalah menyaring informasi hoaks yang membahayakan stabilitas negara, menekan angka pornografi, mengasah kreativitas warga untuk menciptakan aplikasi tandingan, dan memastikan keuntungan yang diperoleh dari transaksi online dan iklan tidak terdistribusi ke luar negeri. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.