Dark/Light Mode

Malaysia Sambut Pemilu Ke-15

Semoga, 3 Kali Ganti PM Dalam Satu Periode, Tak Terulang Kembali

Senin, 10 Oktober 2022 17:53 WIB
PM Malaysia Ismail Sabri Yaakob dalam pidato pembubaran parlemen ke-14, Senin (10/10). (Foto: Facebook)
PM Malaysia Ismail Sabri Yaakob dalam pidato pembubaran parlemen ke-14, Senin (10/10). (Foto: Facebook)

RM.id  Rakyat Merdeka - Gonta-ganti Perdana Menteri (PM) hingga tiga kali dalam waktu tak sampai lima tahun selepas Pemilu ke-14, cukup menggambarkan ketidakstabilan politik Malaysia.

Tercatat, ada tiga nama yang menjabat PM Malaysia, sejak 2018 hingga saat ini. Mereka adalah Mahathir Mohammad (10 Mei 2018 - 24 Februari 2020), Muhyiddin Yassin (1 Maret 2020 - 16 Agustus 2021), dan Ismail Sabri Yaakob (21 Agustus 2021 - menunggu hasil Pemilu ke-15 yang akan digelar pada tahun ini).

“Parlemen ke-14 memberikan warna suram pada lanskap politik negara. Belum pernah ada dalam sejarah, negara dipimpin tiga Perdana Menteri dalam satu periode. Ini memberikan dampak buruk terhadap sosial politik dan ekonomi Malaysia,” ujar Ismail Sabri dalam pidato pembubaran parlemen ke-14, yang disiarkan secara live lewat akun Facebook-nya, Senin (10/10).

Dengan pembubaran ini, Pemilu Malaysia ke-15 yang sedianya dijadwalkan pada September 2023, dipercepat menjadi tahun ini. Selambat-lambatnya 60 hari setelah keputusan pembubaran parlemen. Detail pelaksanaannya, akan diumumkan KPU Malaysia (Suruhanjaya Pilihan Raya/SPR).

Baca juga : PM Thailand Lolos Mosi Tak Percaya Keempat

Kemelut politik Malaysia bermula pada tahun 2018. Saat Barisan Nasional yang melanggengkan kekuasaan pada enam dekade, keok di Pemilu ke-14. Hegemoninya rontok.

Untuk pertama kalinya, koalisi Pakatan Harapan memimpin tampuk pemerintahan. Pakatan Harapan yang terdiri dari PKR, DAP, Partai Amanah Negara (Amanah) dan Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) menang setelah mengamankan 113 kursi parlemen.

Kemenangan Pakatan Harapan juga menampar telak Barisan Nasional, karena Mahathir yang dilantik menjadi PM Malaysia untuk kali kedua dalam usia 92 tahun, berhasil mempecundangi mantan barisan koalisinya. 

Kemelut politik negara bermula dari tekanan internal Pakatan Harapan, terkait peralihan kekuasaan dan kegagalan mencapai kata sepakat. Hingga muncul sejumlah pertemuan yang melibatkan para pemimpin utama partai politik.

Baca juga : Kalvin Phillips Tak Perlu Pindah Ke City

Puncaknya, beberapa pimpinan Pakatan Harapan dan kelompok oposisi mengatur pertemuan yang disebut dengan 'Langkah Sheraton' pada 23 Februari 2020 di Hotel Sheraton, Petaling Jaya, Selangor.

Alhasil, koalisi Pakatan Harapan rontok selepas 22 bulan memerintah.

Kemudian pada 24 Februari 2020, Presiden Bersatu Muhyiddin Yassin megumumkan keluar dari koalisi Pakatan Harapan. Lebih mengejutkan, Mahathir melepas jabatannya sebagai Perdana Menteri dan pengurus Partai Bersatu, sebelum menjadi PM interim.

Pada 1 Maret 2020, Yang di-Pertuan Agong melantik Muhyiddin sebagai PM ke-8. Ternyata, Muhyiddin hanya 17 bulan memerintah.

Baca juga : Lantai Pertokoan Warga Rusak Diterjang Banjir

Dia mundur pada 16 Agustus 2021, dan digantikan oleh Ismail Sabri Yaakob yang dilantik pada 21 Agustus 2021. Kala itu, Ismail Sabri mendapatkan dukungan dari 114 Ahli Dewan Rakyat.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.