Dark/Light Mode

Dua Menteri Berbicara Di Pertemuan G7 Sapporo

Suara Indonesia Diperhitungkan 7 Negara Maju

Senin, 17 April 2023 08:16 WIB
Bilateral Meeting: Menteri ESDM Arifin Tasrif (tengah, kiri) bersama delegasi Indonesia, menghadiri pertemuan bilateral dengan delegasi Amerika Serikat (AS) yang dipimpin Utusan Khusus Presiden AS untuk Urusan Iklim John Kerry (tengah, kanan) di sela-sela acara G7 Ministers` Meeting on Climate, Energy and Environment di Sapporo, Hokkaido, Jepang, Sabtu (15/4). (Foto: Dok. Kementerian ESDM)
Bilateral Meeting: Menteri ESDM Arifin Tasrif (tengah, kiri) bersama delegasi Indonesia, menghadiri pertemuan bilateral dengan delegasi Amerika Serikat (AS) yang dipimpin Utusan Khusus Presiden AS untuk Urusan Iklim John Kerry (tengah, kanan) di sela-sela acara G7 Ministers` Meeting on Climate, Energy and Environment di Sapporo, Hokkaido, Jepang, Sabtu (15/4). (Foto: Dok. Kementerian ESDM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Posisi Indonesia di mata dunia kini makin diperhitungkan. Dalam pertemuan tingkat menteri G7, kelompok negara-negara paling maju di dunia, Indonesia diundang memberikan input mengenai transformasi energi dan aksi-aksi untuk menangani perubahan iklim.

Ada dua menteri Indonesia yang menyampaikan paparan di G7 MinistersMeeting on Climate, Energy and Environment di Sapporo, Hokkaido, Jepang. Yakni, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya. Pertemuan ini berlangsung selama dua hari, yaitu Sabtu (15/4) hingga Minggu (16/4).

Anggota G7 adalah tujuh negara maju, yaitu Amerika Serikat (AS), Inggris, Kanada, Jerman, Prancis, Italia dan Jepang yang tahun ini memegang Presidency G7.

Indonesia hadir sebagai guest country, karena posisinya sebagai Presidency ASEAN dan baru saja menyelesaikan tugas sebagai Presidency G20. Selain itu, India juga diundang sebagai Presidency G20 tahun ini dan Uni Emirat Arab (UEA) sebagai Presidency Conference of the Parties (COP) 28.

Wartawan Rakyat Merdeka Ratna Susilowati dan Kartika Sari yang berada di Sapporo, Hokkaido, Jepang, sejak Jumat (14/4) sore, melaporkan, ada beberapa isu penting yang dibahas dalam pertemuan ini. Antara lain, isu biodiversity, clean energy, economic investment and climate change.

Semua negara memberikan sorotan yang sama pada pentingnya menyiapkan diri dari kondisi krisis multidimensi.

Tuan rumah diwakili dua menteri, yaitu Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Nishimura Yatutoshi dan Menteri Lingkungan Nishimura Akihiro.

Saat paparan, anggota G7 memberikan pandangan tentang dua hal penting. Pertama, bagaimana menghadapi krisis global multidimensi. Kedua, bagaimana strategi dan aksi menuju transformasi energi ramah lingkungan demi menyelamatkan keragaman hayati.

Indonesia mendapat giliran berbicara setelah John Kerry, mantan Menlu AS yang kini ditunjuk sebagai Utusan Khusus Presiden AS untuk Urusan Iklim.

Di hadapan 7 negara besar dunia, Menteri Arifin Tasrif menyampaikan aksi-aksi konkret yang sudah dilakukan di Indonesia untuk mengurangi polusi karbon.

Baca juga : Dijamu Di Welcome Dinner, Saksikan Kerja Sama Bisnis

Pertama, Indonesia telah menggunakan biomassa pada 113 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara dengan kapasitas 19 Gigawatt (GW) yang bisa mengurangi emisi hingga 11 juta ton CO2 equivalent pada 2025. Sebanyak 35 persen biodiesel telah diimplementasikan pada sektor transportasi sejak Februari tahun ini.

Kedua, konversi pembangkit diesel menjadi gas di 47 lokasi seluruh Indonesia dengan total kapasitas 3.220 megawatt (MW). Juga konversi diesel menjadi renewable power plant di 2.140 lokasi dengan total kapasitas 500 MW.

Ketiga, dengan dukungan Just Energy Transition Partnership (JETP), penghapusan PLTU batubara akan berlangsung lebih cepat, yaitu sebesar 4,8 GW pada 2030.

Keempat, pengembangan kendaraan listrik, termasuk konversi sebanyak 2 juta mobil dan 13 juta motor pada 2030. Di awal tahun ini, Indonesia meluncurkan paket insentif kendaraan listrik untuk mempercepat pengembangan ekosistem EV di Indonesia.

Kelima, telah dibangun 20,9 GW pembangkit energi terbarukan dan mempromosikan penggunaan energi bersih di sektor industri.

Keenam, membangun teknologi carbon storage dengan memaksimalkan 12,2 miliar ton CO2 potensial penyimpanan di 9 reservoir. Akan ada 8 dari 15 proyek carbon storage sebelum 2030 dengan total potensial 16 juta ton CO2.

Carbon storage atau penangkapan dan penyimpanan karbon adalah teknologi untuk memitigasi lepasnya karbon dari aktivitas pemanfaatan bahan bakar fosil, Misalnya dari industri atau pembangkit listrik.

Menteri Arifin Tasrif menyebut, ada beberapa pekerjaan penting yang perlu didukung oleh negara-negara G7. “Kami masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi target emisi nol bersih,” katanya, kepada Rakyat Merdeka.

Arifin mengatakan, kerja sama yang lebih kuat antar negara sangat penting untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. G7 sebagai kelompok ekonomi maju memiliki semua kemampuan untuk memacu dekarbonisasi di negara lain. “Kita harus bekerja secara kolektif,” kata Menteri Arifin Tasrif.

Indonesia berharap, kolaborasi bisa menjamin ketersediaan teknologi yang terjangkau dan industri pendukung yang kuat. Juga membangun infrastruktur energi terbarukan yang masif. Yang terpenting, mengamankan pendanaan untuk keberhasilan transisi energi.

Baca juga : Wamenag: Pesantren Dan Kampus Indonesia Terbuka Bagi Pelajar Palestina

Indonesia menggarisbawahi prinsip energi yang adil, maka perjalanan transisi harus dilaksanakan secara inklusif. Ini hanya dapat dicapai, dengan tindakan dan kolaborasi di antara semua pemangku kepentingan. Kontribusi dari masyarakat kita sama pentingnya dengan partisipasi dari sektor industri. Oleh karena itu, pendidikan dan peningkatan kapasitas penting diberikan sebagai bekal bagi generasi penerus.

“Sangat penting meningkatkan kesadaran dengan membina generasi masa depan untuk energi yang bersih dan berkelanjutan,” papar mantan Dubes Indonesia untuk Jepang itu.

Hadapi Krisis Berat

Menteri Lingkungan dan Kehutanan Siti Nurbaya yang berbicara setelah Menteri ESDM mengatakan, dunia saat ini menghadapi krisis berat yang saling berkaitan dan mendesak untuk segera diatasi. “Tidak ada pilihan lain kecuali melakukan tindakan nyata,” katanya.

Kontribusi negara untuk pengurangan emisi dilakukan dengan kapasitas masing-masing dan Indonesia terus berupaya melaksanakannya.

Tahun lalu, Indonesia mengajukan komitmen untuk menurunkan emisi dengan target 31,89 persen kapasitas nasional dan 43,2 persen didukung oleh kerja sama luar negeri.

Pencapaiannya cukup menggembirakan. Data penurunan emisi riil sebesar 47,28 persen pada 2020. Lalu 43,82 persen pada 2021. Dan sedikit lebih baik pada tahun 2022. Program Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2023 telah menjadi salah satu tulang punggung aksi tersebut. FOLU adalah sebuah aksi mitigasi untuk penurunan emisi karbon di sektor kehutanan.

Berdasarkan proses konsultasi dan analisis internasional oleh UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) pada November 2022, terjadi penurunan emisi Indonesia sekitar 570 juta CO2 equivalent pada 2018-2020. Yang tersedia untuk digunakan atau dikolaborasi pada kontribusi berbasis hasil atau mekanisme lainnya.

Ini artinya, Indonesia telah meningkatkan kualitas lingkungan, kualitas tanah, air dan udara. Hasil dari upaya komprehensif untuk mengendalikan polusi dan perusakan, inovasi yang terintegrasi, optimalisasi pengelolaan limbah dari hulu ke hilir dan ekonomi sirkular mendekati zero waste, zero emission untuk 2040.

“Negara-negara didorong untuk mengejar upaya yang lebih besar, integratif dan sistematis partisipatif,” kata Siti Nurbaya.

Baca juga : Menteri ESDM Hadiri Pertemuan Negara G7 Di Sapporo, Jepang

Setelah memberikan masukan pada forum G7, Menteri Arifin Tasrif melakukan serangkaian pertemuan bilateral. Yaitu pertemuan dengan John Kerry, US Special Presidential Envoy for Climate. Lalu dengan Minister of Industry and Advanced Technology UAE, Sultan bin Ahmed Al Jabar. Dan pertemuan dengan Executive Director IEA Dr Fatig Birol.

Dalam pertemuan bilateral tersebut, Arifin didampingi Dubes Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi, Dirut Pertamina Nicke Widyawati, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Presiden Direktur Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro dan lainnya.

John Kerry adalah tokoh yang menjadi sorotan media internasional di event tersebut. Saat berbicara di tengah forum, nada suaranya keras dan memberi penekanan pada beberapa isu. Menurutnya, akibat polusi karbon, semua penduduk dunia kena dampak. Kondisi iklim global kini memburuk. Bahkan di beberapa tempat, suhu udaranya jauh dari normal.

Bagaimana kita harus bersikap? Menurut Kerry, fakta menunjukkan bahwa kita belum cukup melakukan banyak aksi untuk mengurangi emisi. “Kita sering ngomong di mana-mana soal energy security, clean energy. Tapi yang kita lakukan belum cukup mempengaruhi kondisi dunia,” ujarnya.

Sedangkan delegasi Jerman, Prancis dan Italia dalam paparannya menyatakan, jika suhu bumi semakin memanas akibat perubahan iklim, mereka khawatir tidak bisa lagi menggelar Olimpiade Musim Dingin. Karena itu, mereka mengajak dunia, khususnya anggota G7 untuk sama-sama ikut dan melakukan tindakan konkret untuk pengurangan emisi karbon. Dan fokus dalam upaya transisi energi.

Delegasi AS dan negara-negara di Eropa juga menyoroti soal perang Rusia Vs Ukraina yang tak kunjung selesai. Menurut mereka, perang tersebut telah berdampak pada krisis energi di dunia, sehingga harus segera diakhiri.

Menteri Arifin mengakui, pasca perang Rusia Vs Ukraina, krisis energi melanda banyak negara. Termasuk Indonesia. “Dampak yang paling konkret adalah minyak minyak dunia naik,” ujarnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.