Dark/Light Mode

Sudah Ngomong Dengan Zelensky

Biden: Ukraina Belum Siap Gabung Di NATO

Selasa, 11 Juli 2023 00:26 WIB
Presiden Amerika Serikat Joe Biden tiba di Bandara Stansted, Inggris, 9 Juli 2023. (Foto Reuters/Kevin Lamarque)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden tiba di Bandara Stansted, Inggris, 9 Juli 2023. (Foto Reuters/Kevin Lamarque)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sibuk membujuk Turki agar menyetujui keanggotaan Swedia dalam aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Namun Biden enggan memberi kemudahan untuk Ukraina bergabung dengan NATO.

Biden menjadi satu-satunya pemimpin negara yang enggan memberi Ukraina jalur cepat untuk bergabung dalam aliansi tersebut. Hal ini akan menjadi perdebatan sengit dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO di Vilnius, Lithuania, 11-12 Juli 2023.

Dalam wawancara dengan Fareed Zakaria dari CNN yang disiarkan Minggu (9/7), Biden mengatakan, Ukraina belum siap menjadi anggota NATO. Menurutnya, terlalu prematur untuk memulai proses mengizinkan Ukraina bergabung dengan aliansi di tengah-tengah perang.

Biden meyakini, saat ini tidak ada kebulatan suara dalam NATO soal menerima Ukraina sebagai keluarga NATO. Menurutnya, setiap anggota NATO berkomitmen saling menjaga setiap jengkal wilayah anggotanya.

“Jika perang sedang berlangsung, maka kami semua berperang. Kami berperang dengan Rusia, jika hal itu terjadi,” tegas Biden.

Baca juga : Prabowo Belum Ceraikan Imin

Lebih lanjut, Biden mengatakan, dirinya telah berbicara panjang lebar dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky soal masalah ini. Namun, dia menekankan, AS akan terus membantu keamanan dan persenjataan untuk Ukraina, selama prosesnya berjalan.

“Saya pikir kami harus menyusun jalur yang rasional agar Ukraina bisa memenuhi syarat untuk bisa bergabung NATO,” ucap Biden.

Masih Dini, Ukraina Anggota NATO

Menurut Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, menerima Ukraina sebagai anggota NATO melalui jalur cepat bisa dilihat sebagai undangan untuk berkonflik dengan Rusia.

“Presiden juga sudah mengatakan dengan tegas bahwa kami akan mendukung Ukraina selama yang dibutuhkan dan memberi mereka senjata dan kemampuan dalam jumlah yang luar biasa. Tetapi, kami tidak ingin memulai Perang Dunia III,” terang Sullivan.

AS berencana mengirim ribuan bom tandan ke Ukraina untuk membantu negara itu bertahan dari agresi Rusia. Bom tersebut dilarang lebih dari 100 negara karena mampu membunuh tanpa pandang bulu di area yang luas.

Baca juga : Sediakan Akomodasi Wisata Religius, Arsy Buana Travelindo Siap IPO

Hal lain yang menjadi pembahasan pertemuan NATO adalah keanggotaan Swedia. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan masih belum bisa memberi lampu hijau pada Swedia.

Untuk jadi anggota NATO, sebuah negara harus memenuhi semua syarat serta disetujui keanggotaannya oleh semua negara anggota. Turki dan Hungaria adalah dua negara yang menghadang masuknya Swedia sebagai anggota.

Menurut Erdogan, Swedia sudah menunjukkan niat baik untuk segera menjadi anggota. Salah satunya, meratifikasi Undang-Undang Anti Terorisme.

“Namun, perubahan baik itu tidak berguna saat Swedia masih mendukung keberadaan kelompok PKK/ YPG,” terang Erdogan dikutip Anadolu, kemarin.

Turki menganggap PKK/YPG sebagai kelompok milisi Kurdistan teroris. “Jika masih mendukung PKK/YPG, semuanya percuma,” tegas Erdogan.

Bakar Quran

Baca juga : Kemendagri Dorong Pembangunan Berkelanjutan di Tanah Papua

Ankara juga masih geram dengan insiden pembakaran Al-Quran di depan Masjid Stockholm pada 28 Juni lalu. Pemerintah Swedia dianggap sengaja membiarkan aksi tersebut.

Meski Turki kesal, Biden masih berharap Swedia segera jadi anggota NATO. Biden bahkan rela membujuk Erdogan via telepon sebelum menghadiri KTT NATO di Vilnius, Lithuania, Selasa (11/7).

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.