Dark/Light Mode

Selama Dua Tahun Berkuasa, Taliban Bikin 51 Aturan Kekang Hak Perempuan

Rabu, 16 Agustus 2023 04:36 WIB
Perempuan Afghanistan memegang poster menuntut Taliban agar memberikan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan, di Mazar-i-Sharif, Provinsi Balkh, Afghanistan, 12 Agustus 2023. (Foto Atef Aryan/AFP/Getty Images)
Perempuan Afghanistan memegang poster menuntut Taliban agar memberikan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan, di Mazar-i-Sharif, Provinsi Balkh, Afghanistan, 12 Agustus 2023. (Foto Atef Aryan/AFP/Getty Images)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dua tahun berkuasa, rezim Taliban belum mengubah kebijakannya terhadap perempuan di Afghanistan. Alih-alih melunak, Taliban malah makin bersikap diskriminatif terhadap kaum hawa. Pemerintahan Taliban di Afghanistan merayakan dua tahun kesuksesan melawan Amerika Serikat (AS), kemarin.

Taliban mengumumkan tanggal 15 Agustus sebagai hari libur nasional. Namun di tengah kegembiraan itu, mata dunia kembali menyoroti perlakuan diskriminasi Taliban terhadap perempuan dan anak-anak.

Baca juga : Pelaku Politik Uang Didenda Atau Penjara

“Sejujurnya, saya merasa seperti hidup dalam mimpi buruk. Sulit untuk memahami apa yang telah kami lalui dalam dua tahun terakhir,” kata Maryam Marof Arwin (29) tahun, kepada media Jerman, DW melalui telepon.

Arwin, yang tinggal di Kabul, mendirikan LSM bernama Organisasi Kesejahteraan Perempuan dan Anak Afghanistan. Namun, organisasi itu direbut Taliban dua tahun lalu, pada 15 Agustus 2021, saat Taliban merebut Ibu Kota Afghanistan dan menggulingkan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani.

Baca juga : 10 Tahun Bantu Perjuangkan, PAN Yakin, Prabowo Menang Pilpres 2024

Ketika pasukan AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menarik diri dari negara yang dilanda konflik setelah perang selama dua dekade itu, Taliban dapat berkuasa hanya dalam hitungan minggu.

Meskipun pada awalnya Taliban berjanji untuk menghormati hak-hak perempuan di bawah aturan syariah atau hukum Islam, tetapi Taliban justru bersikap diskriminasi terhadap perempuan dan anak-anak. Sebagian besar perempuan dan anak perempuan dilarang berpartisipasi dalam kehidupan publik, lembaga pendidikan hingga pasar tenaga kerja. Kebebasan bergerak pun sangat dibatasi.

Baca juga : Mentan Turun Tangan Bantu Pemulihan Warga Puncak Papua

Mantan Wakil Menteri Perdamaian Afghanistan Alema Alema mengatakan, situasi saat ini tidak jauh berbeda dengan era Taliban berkuasa pada tahun 1990-an.

“Taliban hanya lebih berhati-hati saja dan lebih berpengalaman, dibandingkan saat pertama kali mereka berkuasa,” cetus Alema yang saat ini tinggal di Jerman.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.