Dark/Light Mode

Lebih Besar Sebelum Perang

Impor Gas UE Dari Rusia Bengkak 40 Persen

Jumat, 1 September 2023 07:05 WIB
Terminal LNG di Zeebrugge, Belgia. (Foto Kurt Desplenter/Belga Photo/Alamy)
Terminal LNG di Zeebrugge, Belgia. (Foto Kurt Desplenter/Belga Photo/Alamy)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ancaman Uni Eropa (UE) akan memangkas impor gas dari Rusia ternyata hanya gertak sambal. Karena ternyata pembelian gas alam cair (LNG) dari negeri Beruang Merah tersebut, malah melonjak.

Pembelian gas Rusia dari blok negara-negara Eropa yang bertekad memangkas ketergantungan pada bahan bakar fosil itu makin membesar. Sejak awal tahun, Belgia dan Spanyol menjadi pembeli kedua dan ketiga terbesar gas alam cair dari Rusia setelah China.

Baca juga : Pemprov DKI Gelar Pekan Uji Emisi Di Ratusan Bengkel Mobil Dan Motor

Berdasarkan data yang didapatkan Global Witness, dikutip Financial Times, Rabu (30/8), Uni Eropa melakukan penambahan pembelian LNG Rusia antara Januari-Juli. Jumlah pembeliannya, jika dibandingkan waktu yang sama pada 2021 (sebelum perang), impor itu meningkat 40 persen.

Lonjakan ini terjadi karena UE tidak mengimpor LNG dalam jumlah besar sebelum invasi Rusia ke Ukraina. Namun peningkatan tersebut jauh lebih tajam dibandingkan peningkatan rata-rata global dalam impor LNG Rusia, yang sebesar 6 persen pada periode yang sama.

Baca juga : Mak Ganjar Gelar Pelatihan Buat Asbak Dari Botol Bekas Air Mineral

“Angka ini cukup mengejutkan karena negara-negara Uni Eropa ini berusaha keras untuk memotong ketergantungan mereka terhadap Rusia. Dan bertekad ingin menggantinya dengan bahan bakar alternatif,” ujar aktivis bahan bakar fosil dari Global Witness, Jonathan Noronha-Gant.

Dia mengaku kecewa negara-negara di Eropa masih saja memberikan suntikan dana pada pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin yang hingga kini masih menggempur Ukraina.

Baca juga : Lewat Olahraga, Des Ganjar Kenalkan Ganjar Pranowo Ke Masyarakat Rangkasbitung

Sebagian besar produksi LNG Rusia berasal dari perusahaan Yamal, yang mayoritas sahamnya dimiliki perusahaan Rusia Novatek. Kepemilikan lainnya dipegang Total Energies Prancis, CNPC China dan badan usaha milik China. Usaha tersebut dibebaskan dari bea ekspor tetapi dikenakan pajak penghasilan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.