Dark/Light Mode

Ngumpul Bareng Jurnalis Muslim Sedunia Di Rusia (3)

Peserta Irak dan Suriah Curhat Negerinya Dihancurkan ISIS

Senin, 7 Oktober 2019 09:23 WIB
Para peserta The 5th International Forum of The Muslim Journalists and Bloggers asyik selfie usai closing ceremony, Jumat (27/9). (Foto: Kartika Sari/Rakyat Merdeka).
Para peserta The 5th International Forum of The Muslim Journalists and Bloggers asyik selfie usai closing ceremony, Jumat (27/9). (Foto: Kartika Sari/Rakyat Merdeka).

 Sebelumnya 
Para narasumber ini menyebut, aksi politisasi yang sering digunakan Barat, kerap berujung pada peningkatan konflik di sejumlah negara, yang akhirnya membuahkan perpecahan etnis dan konflik.

Kekuatan Barat disebut sering menggunakan media massa untuk memuluskan agenda pribadi dan memanipulasi opini publik.

Peserta forum pun menyetujui ide yang dikemukakan Men-teri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang berjudul “Dunia di Persimpangan dan Sistem Hubungan Internasional Untuk Masa Depan”.

Ide ini dikemukakan Lavrov saat sidang Majelis Umum PBB ke-74.Semua pembicara menekankan perlunya koordinasi antara Rusia dan jurnalis Muslim di berbagai negara untuk mengatasi penyebaran berita bohong (fake news).

Media massa diminta untuk menerapkan etika jurnalistik dan menjalankan tugas mereka secara profesional.

Baca juga : Facebook dan Google Biang Kerok Penyebar Fake News

"Kerja sama Rusia dan dunia Islam membawa kontribusi positif dan mengembangkan situasi politik,” ujar Wakil Ke-tua Group of Strategic Vision “Russia-Islamic World” Farit Mukhametshin.

Peserta forum juga menekankan pentingnya keamanan di sektor informasi dan hukum yang mengawasi peredaran informasi.

Untuk itu, Wakil Ketua Dewan Federasi Rusia IM. S Umakhanov menekankan, sangat diperlukan pengecekan ulang informasi sebelum digunakan sebagai bahan berita.

“Dengan banyaknya berita bohong yang berseliweran, tak hanya mengancam kedaulatan sebuah negara. Tapi juga mengancam keamanan stabilitas dunia secara keseluruhan,” warning Umakhanov.

Peserta forum juga menegaskan perlunya mengembangkan program pencegahan dan identifikasi informasi ekstrimis dan ide radikal di dunia maya.

Baca juga : Nggak Ada Yang Berjilbab, Peserta Arab Tampil Seksi

Untuk itu, forum tahunan ini perlu digelar secara rutin guna memastikan keberlanjutan perkembangan media yang bebas dari fake news atau hoax news.

Sebelum acara konferensi berakhir, para peserta diajak mengunjungi The Hermitage, museum tertua dan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 3 juta koleksi.

Museum ini dulu merupakan Istana Musim Di-ngin (Winter Palace) kekaisaran Rusia. Museum ini diresmikan oleh Catherine II atau dikenal juga dengan nama Catherine the Great.

Dia adalah kaisar wanita Rusia yang berkuasa tahun 1762 hingga 1796. Museum Hermitage St. Petersburg ini mulai dibuka untuk umum pada tahun 1852.

Di hari terakhir, para peserta juga diajak jalan-jalan ke Museum Peterhof, Istana Musim Panas (Summer Palace). Peterhof adalah sebuah kota kecil yang jaraknya sekitar 47 kilometer dari St. Peterburg.

Baca juga : Nielsen Mundur Dari Kursi Menteri Keamanan Dalam Negeri AS

Untuk menuju ke sana, rombongan naik bus selama satu jam dari hotel tempat kami menginap di pusat kota St Petersburg.

Pada abad XVIII dan IX, museum ini merupakan ke-diaman para Kaisar Rusia saat musim panas.

Museum Peterhof juga disebut sebagai “Versailles Rusia” yang terkenal dengan tamannya yang luas dan air mancurnya yang indah. Istana, kebun dan kota itu diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. (Bersambung)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.