Dark/Light Mode

Bilang Kematian Cuma Picu Kebencian

Tadinya Dukung, Kini Macron Kecam Israel

Minggu, 12 November 2023 22:26 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Ludovic Marin/New York Times)
Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Ludovic Marin/New York Times)

RM.id  Rakyat Merdeka - Prancis, salah satu negara pendukung Israel, kini ikut mengecam serangan membabi buta tentara Zionis itu ke Palestina. Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Israel berhenti melakukan pengeboman warga sipil di Jalur Gaza. Dia menegaskan, kematian hanya akan memicu kebencian.

Dilansir AFP dan Reuters Sabtu (11/11/2023), desakan itu disampaikan Macron dalam wawancara terbaru dengan media terkemuka Inggris, BBC pada Jumat (11/11).

"De-facto, saat ini, warga sipil dibom, bayi-bayi ini, para wanita, orang-orang lanjut usia ini dibom dan dibunuh.”

“Jadi tidak ada alasan dan legitimasi melakukan hal tersebut. Kami mendesak Israel menghentikannya,” tegas Macron dalam wawancara itu.

Dia menyatakan, Prancis dengan jelas mengutuk serangan lintas perbatasan yang didalangi Hamas sebulan lalu. Padahal sebelumnya, Macron mendukung serangan Israel dengan alasan hak membela diri setelah serangan Hamas 7 Oktober lalu.

Baca juga : Nilai Kepahlawanan Ratu Kalinyamat Dorong Perempuan Indonesia Bangkit

Menurut Israel, serangan Hamas itu menewaskan 1.200 orang Israel, yang sebagian besar warga sipil, dan membuat 240 orang lainnya disandera. Sementara Otoritas Kesehatan Gaza melaporkan, lebih dari 11 ribu orang tewas akibat serangan Israel selama sebulan terakhir.

“Kami merasakan penderitaan yang sama dengan Israel. Dan kami juga memahami tekad mereka untuk menyingkirkan terorisme. Kami mengetahui apa arti terorisme di Prancis,” ujar Macron.

Namun, dia menegaskan tidak setuju jika cara terbaik bagi Israel untuk melindungi diri adalah dengan melakukan pengeboman besar-besaran di Jalur Gaza.

Keputusan OKI Kecam Israel

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken juga mengutuk serangan membabi buta Israel ke warga sipil. Dia menegaskan bahwa serangan tersebut tidak dapat dibenarkan.

Demikian juga Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) mengecam agresi mliter dan pelanggaran hukum yang dilakukan Israel terhadap Jalur Gaza. Dan terjadinya pemindahan paksa warga sipil di daerah kantong Palestina tersebut.

Baca juga : Dideklarasikan Di Bali, AWSI Siap Dukung Sawit Jadi Ikon Negara

 Penegasan itu disampaikan MBS yang juga Perdana Menteri (PM) Saudi ini, saat menyampaikan pidato pembukaan KTT Saudi-Afrika di Riyadh pada Jumat (10/11).

“Kami mengutuk pelanggaran hukum internasional yang dilakukan otoritas pendudukan Israel di Gaza,” tegas MBS dalam pidatonya.

Pernyataan itu menjadi komentar publik pertama MBS sejak perang antara Israel dan Hamas dimulai awal Oktober lalu. Tidak hanya itu, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) bahkan sudah menelurkan 31 keputusan keras untuk agresi Israel ke Gaza.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan, keputusan itu menunjukkan kesatuan posisi OKI terhadap situasi Gaza.

“KTT telah menghasilkan Resolusi. Resolusi ini berisi 31 keputusan. Utamanya adalah mengecam agresi Israel di Gaza. Selain itu, OKI juga mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) bertindak atas situasi di Gaza,” terang mantan Dubes RI di Belanda ini.

Baca juga : Perumda Dharma Jaya Siap Suplai Kebutuhan Daging Sapi Di Kabupaten Karimun

Retno menambahkan, beberapa forum akan digunakan untuk menuntut pertanggung jawaban Israel. Antara lain melalui Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC), Mahkamah Internasional (ICJ) dan Dewan HAM.

 “Memberikan mandat kepada Sekretariat OKI dan Liga Arab untuk membuat joint media monitoring unit yang akan mendokumentasikan semua kejahatan yang dilakukan Israel,” ujar Retno.

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.