Dark/Light Mode

PM Shtayyeh Mundur

AS Dan Hamas Kompak Mau Palestina Lebih Baik

Rabu, 28 Februari 2024 06:20 WIB
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh. Foto: Anadolu Agency
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh. Foto: Anadolu Agency

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah Otoritas Palestina (Palestina Authority/PA) melakukan reformasi di tengah desakan Amerika Serikat (AS) demi menghentikan perang di Gaza. Reformasi itu diawali pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammad Shtayyeh, Senin, 26 Februari 2024.

Pengunduran diri Shtayyeh terjadi di tengah upaya PA untuk memperluas perannya setelah perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza berkecamuk se­jak 7 Oktober 2023. Shtayyeh mengatakan, ia mundur karena tekanan dari Amerika Serikat (AS) kepada Presiden Mah­moud Abbas untuk mereformasi pemerintahan PA.

Perombakan itu terkait me­ningkatnya upaya-upaya inter­nasional untuk menghentikan pertempuran di Gaza dan mulai menyusun struktur politik yang akan mengatur daerah kantong Palestina tersebut setelah perang.

Baca juga : KPK: Tinggal Tetapkan Sebagai Tersangka Lagi

Ada keinginan menyatukan kembali Gaza dan Tepi Barat di bawah PA, yang telah terpecah sejak 2007. AS juga mendesak PA berpartisipasi dalam nego­siasi perdamaian dengan Is­rael, untuk menciptakan sebuah negara Palestina merdeka.

Abbas telah menerima surat pengunduran diri Shtayyeh, tetapi meminta dia untuk tetap menjadi PM sementara hingga ada penggantinya.

Belum ada nama yang diumumkan. Tapi spekulasi mengarah kepada Mohammad Mustafa, mantan pejabat Bank Dunia yang kini menjabat se­bagai Ketua Dana Investasi Palestina (PIF). Mustafa diang­gap berpengalaman membangun kembali Gaza setelah perang pada 2014.

Baca juga : Sri Mul Salami Prabowo, Moeldoko Salami AHY

“Keputusan mengundurkan diri datang terkait eskalasi yang belum pernah terjadi di Tepi Barat dan Yerusalem, perang, genosida, dan kelaparan di Jalur Gaza,” kata Shtayyeh, yang mengajukan pengunduran dirinya kepada Abbas.

Dalam surat pengunduran­nya, Shtayyeh menyampaikan harapannya agar PA dapat menjalankan administrasi dan keamanan tanpa pengaruh poli­tik. Dia juga mengatakan, PA akan terus berjuang mewujud­kan negara Palestina di tanah Palestina, meskipun ada pen­dudukan Israel.

PA, yang dibentuk sekitar 30 tahun lalu sebagai bagian per­janjian perdamaian sementara, Oslo Accord, dituding sebagai pemerintahan yang tidak efektif dan korup. PM-nya juga tidak punya peran kuat dibanding Presiden.

Baca juga : Tanggapi Isu Jokowi Masuk Golkar, Airlangga: Bagus... Bagus...

Namun, kepergian Shtayyeh bagai simbol yang menggaris­bawahi tekad Abbas untuk me­mastikan PA mempertahankan klaimnya sebagai pemimpin Palestina, di tengah mening­katnya tekanan internasional untuk menghidupkan kembali upaya-upaya mendirikan negara Palestina di samping Israel.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.