Dark/Light Mode

Nge-Chat Mendiang Ibu

Jumat, 15 Maret 2024 06:35 WIB
Sirine Malas (kiri) dan foto ketika dia kecil berfoto dengan sang ibu. Foto: SKY NEWS
Sirine Malas (kiri) dan foto ketika dia kecil berfoto dengan sang ibu. Foto: SKY NEWS

RM.id  Rakyat Merdeka - Kisah haru sekaligus menyeramkan baru-baru ini dibagikan seorang wanita yang tinggal di Berlin, Jerman. Wanita bernama Sirine Malas itu mencoba bertukar pesan atau chatting dengan ibunya yang sudah meninggal dunia dengan teknologi artificial intelegence (AI) yang dikenal dengan Chatbot, untuk menyalurkan kerinduannya.

Namun, dia menyadari balasan chat AI yang mengatasnamakan sang ibu, yang bernama Najah, terasa menyeramkan. Isi pesan itu tampak begitu memahaminya.

Chatbot itu menanyakan kabarnya, bagaimana keadaan hewan peliharaannya, hingga mengatakan kepadanya bahwa ibu sedang mengawasinya.

“Ada momen-momen yang saya rasa sangat nyata. Ada juga saat-saat di mana saya pikir siapa pun bisa menjawab seperti ini,” kata Sirine.

Baca juga : SPN Deklarasi Menangkan Partai Buruh

.Empat tahun dia berjuang mengatasi kesedihan setelah kematian sang ibu pada 2018 karena gagal ginjal. Rindu kepada ibunya, membuat Sirine mencoba teknologi AI bernama Project December, yang mengklaim dapat mensimulasikan pesan dari orang yang sudah meninggal.

Sirine sangat terpukul dengan kematian sang ibu, karena mereka sempat terpisah bertahun-tahun. Dia dipisahkan dari ibunya, setelah meninggalkan Suriah, kampung mereka, untuk pindah ke Jerman pada 2015.

Di Berlin, Sirine melahirkan anak pertamanya, seorang putri bernama Ischtar. Dia sangat ingin ibunya bertemu dengan putrinya. Namun sebelum mereka bertemu, Najah (82) telah meninggal.

Dia sangat berharap mendapatkan kesempatan terakhir untuk berbicara dengan ibunya. Untuk itulah Sirine mencoba menggunakan Project December, untuk menghubungi sang ibu.

Baca juga : Berdebat Tentang Format Debat

Sebelum memanfaatkan fasilitas ini, pengguna harus mengisi formulir online, dan memberikan informasi tentang orang yang ingin dihubungi, termasuk usia, hubungan dengan pengguna dan kutipan dari orang tersebut.

Informasi tersebut dimasukkan ke dalam Chatbot AI yang didukung GPT2 OpenAI, yang juga dikenal ChatGPT. Dari situ Chatbot menghasilkan profil seseorang.

Respons dan pertanyaan yang dihasilkan random. Ada yang akurat, tapi tidak selalu. Dengan biaya 10 dolar Amerika Serikat (sekitar Rp 155 ribu), pengguna dapat mengirim pesan ke Chatbot selama sekitar satu jam.

“Saya adalah orang yang spiritualis (agamis) dan saya merasa ini adalah sebuah jalan,” kata Sirine.

Baca juga : Bangsa Besar Menanti Vonis

Project December memiliki lebih dari 3.000 pengguna. Sebagian besar pengguna adalah orang-orang yang mengalami kehilangan orang yang dicintai secara tiba-tiba. LDU

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak, Halaman 2, edisi Jumat, 15 Maret 2024 dengan judul "Nge-Chat Mendiang Ibu"

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.