Dark/Light Mode

Mengingat Kembali Ide & Aksi Imam Khomeini (4)

Pemikiran Politik Imam Khomeini: Inspirasi Era Baru Internasional

Jumat, 7 Juni 2024 15:15 WIB
Ayatollah Sayyid Ruhollah Musavi Khomeini, Pemimpin Agung Iran. [Robert Lebeck/lebeck.de]
Ayatollah Sayyid Ruhollah Musavi Khomeini, Pemimpin Agung Iran. [Robert Lebeck/lebeck.de]

RM.id  Rakyat Merdeka -  

Oleh: Dr. Mohammad Reza Dehshiri, Prof Ilmu Politik,

School of International Relations, Tehran, Iran

Dr. Mohammad Reza Dehshiri [x.com/MRezaDehshiri]

Baca juga : Pentingnya Persatuan Umat Islam Menurut Imam Khomeini (RA)

Dengan meletakkan dasar "tatanan baru" di luar tatanan lama Westphalia, Imam Khomeini (RA), arsitek besar dan pemimpin Revolusi Islam, menciptakan sebuah era baru yang - dengan mempertimbangkan kondisi temporal dan spasial sistem internasional yang bipolar - mengarah pada masuknya front ketiga dalam hubungan internasional.

[Catatan Redaksi: Untuk diketahui, Perdamaian Westphalia adalah nama kolektif untuk dua perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada Oktober 1648 di kota-kota Westphalia, Osnabrück dan Münster, Jerman. Kedua perjanjian tersebut mengakhiri Perang 30 Tahun (1618-1648) dan membawa perdamaian ke Kekaisaran Romawi Suci, menutup periode bencana dalam sejarah Eropa yang menewaskan sekitar 8 juta orang. Kaisar Romawi Suci Ferdinand III, kerajaan Prancis dan Swedia, serta sekutu masing-masing di antara para pangeran Kekaisaran Romawi Suci, ikut serta dalam perjanjian tersebut.]

Dalam sebuah proses yang mempengaruhi struktur sistem internasional, sekaligus menciptakan transformasi dalam jenis dan jumlah aktor serta melibatkan aktor-aktor baru dalam kancah hubungan internasional - selain pemerintah - termasuk bangsa-bangsa, peradaban, gerakan pembebasan, dan elit intelektual serta pencerahan agama, Imam Khomeini menyebabkan transformasi dalam distribusi kekuasaan di antara para aktor, meningkatkan peran gerakan non-blok terhadap dua blok kekuatan Timur dan Barat dengan slogan "Neither East nor West", mempromosikan pentingnya analisis regional - selain analisis internasional yang membagi sistem internasional menjadi dua kubu, yaitu kubu pendukung sistem dominasi yang disebut sebagai kekuatan arogan dan penentang sistem dominasi yang disebut sebagai kaum tertindas.

Baca juga : Hasto: Pemikiran Bung Karno Menginspirasi Rakyat Indonesia dan Dunia

Imam Khomeini juga melakukan transformasi dalam konsep-konsep hubungan internasional, misalnya, beliau menghapus konsep negara dari pengertian geografis yang sempit yang dilingkupi oleh nasionalisme dan menggantinya dengan konsep "umat" yang lebih luas serta memperkenalkan aktor baru di bidang hubungan internasional.

Lebih jauh lagi, ia menghapus konsep politik dari makna yang semata-mata tidak bermoral dan memperkenalkan jenis politik kemanusiaan dan Islam yang baru.

Dia mengubah konsep bahwa "agama adalah masalah pribadi" menjadi agama yang maksimal yang mencakup domain individu, sosial, ekonomi, dan politik. Dia menghapus kebebasan dari konsep tanpa batas dan menggabungkannya dengan tanggung jawab manusia. Dia mengubah konsep kekuasaan dari perangkat keras dan kekuatan militer menjadi perangkat lunak dan kekuatan semantik. Dia juga mengubah konsep rasionalitas yang tertutup dalam "kebijaksanaan berbasis diri sendiri" dan memperluasnya dengan memasukkan "rasionalitas tertinggi, normatif atau epistemik dan instrumental"; dalam arti bahwa jalan terpendek dan paling murah untuk mencapai keselamatan duniawi harus selaras dengan tujuan akhirat yaitu kebahagiaan dan keselamatan serta penggunaan cara-cara yang sah dan etis.

Baca juga : Mengapa Meninjau Kembali Pemikiran Imam Khomeini Penting?

Dengan menghadirkan dualitas dalam kosakata Revolusi Islam, seperti kesombongan versus yang tertindas, setan besar versus Hizbullah, orang dalam versus orang asing, Islam dengan ulama versus Islam tanpa ulama, Islam murni dari Nabi Muhammad SAW versus Islam Amerika, kemandirian budaya versus budaya kolonial, peradaban Islam (yang didasarkan pada moralitas, keyakinan diri, kebijaksanaan, dan ilmu pengetahuan yang dipelajari) versus peradaban impor, serta frasa interaktif seperti kemerdekaan dan kebebasan, agama dan politik, ilmu pengetahuan dan pemurnian, keahlian dan komitmen, hukum primer dan sekunder, nasional dan ilahi, jasmani dan rohani, material dan spiritual, dan akhirnya inovasi konseptual seperti:
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.