Dark/Light Mode

Khawatir Konflik Membesar

AS Minta Warganya Keluar Dari Venezuela

Sabtu, 26 Januari 2019 13:12 WIB
Warga Caracas melempari batu ke arah polisi yang berusaha membubarkan mereka, Rabu (23/1). (Foto : Istimewa)
Warga Caracas melempari batu ke arah polisi yang berusaha membubarkan mereka, Rabu (23/1). (Foto : Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Situasi keamanan di Venezuela yang makin tidak terkendali membuat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk tidak mendatangi negara di selatan Benua Amerika tersebut.

AS mengkhawatirkan keamanan warganya setelah peringatan perang saudara oleh kepala angkatan bersenjata Venezuela dikeluarkan pada Rabu (23/1).

Peringatan ini dikeluarkan pasukan bersenjata Venezuela setelah rencana mereka ingin mengkudeta Presiden Nicolas Maduro.

Dalam pidato pada Kamis 24 Januari, Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino, menuduh pihak oposisi yang dipimpin Juan Guaido, yang didukung AS dan sekutu regional seperti Brasil, berupaya melakukan kudeta terhadap Maduro, yang disebutnya berisiko membawa “kekacauan dan anarki” di tingkat nasional.

Baca juga : Tenaga Kuda Ksatria Taegeuk

“Kami di sini untuk menghindari konflik antar Venezuela. Bukan perang saudara yang akan menyelesaikan masalah Venezuela, tetapi dialog,” kata Padrino, dikutip The Guardian, kemarin.

Padrino menegaskan dia akan tetap mendukung Maduro sebagai pemimpin tertinggi di Venezuela.

“Kami anggota angkatan bersenjata tahu betul konsekuensi (perang), hanya dari melihat sejarah kemanusiaan satu abad terakhir, ketika jutaan manusia kehilangan nyawa mereka,” tambah Padrino, yang diamini para petinggi angkatan bersenjata Venezuela.

Sementara itu, Maduro mengatakan bahwa negaranya sedang disusupi pihak asing. Dia bahkan mendapatkan dukungan dari Presiden Rusia Vladimir Putin, yang berpendapat bahwa krisis yang terjadi di Venezuela “diprovokasi dari luar negeri”.

Baca juga : Bisnis Waralaba Masih Laris Manis

Maduro yang berbicara di Mahkamah Agung di Caracas pada Kamis sore (24/1), mengatakan dia telah memberi tahu Putin “sebuah provokasi besar sedang berlangsung di Venezuela, diarahkan Pemerintah AS”.

“Saya percaya dunia tidak meragukannya lagi, bahwa Donald Trump ingin memaksakan de facto, pemerintahan inkonstitusional dan melakukan kudeta di Venezuela terhadap rakyat dan melawan demokrasi. Mereka ingin memecah-belah republik ini,” tegas Maduro.

“Apakah kita menginginkan kudeta di Venezuela? Akankah kita melegitimasi pemerintahan boneka yang digerakkan dari luar negeri? Apakah kita akan membiarkan konstitusi kita dilanggar? Tidak!” lanjutnya berapi-api.

Di lain pihak, Donald Trump telah memperingatkan bahwa semua opsi ada di atas meja terkait respons AS jika pemerintah Maduro berusaha mempertahankan kekuasaan secara paksa.

Baca juga : Aher Klaim Hanya Keluarkan Keputusan Gubernur

“Apa yang kami fokuskan saat ini adalah memutuskan rezim Maduro yang tidak sah dari sumber pendapatannya,” kata Penasihat keamanan nasional AS, John Bolton.

AS telah menyerukan sidang darurat dewan keamanan PBB pada hari Sabtu esok, untuk membahas krisis di Venezuela, meskipun Rusia menentangnya karena alasan bahwa itu adalah masalah internal pemerintahan Maduro.

Sementara itu, para analis telah lama berpendapat bahwa kelangsungan hidup Maduro tergantung pada dukungan militer, yang telah dianugerahi jabatan senior di pemerintahan dan perusahaan minyak negara PDVSA.Tetapi tidak jelas seberapa solid dukungan itu.

Guaido dan Majelis Nasional yang dikuasai oposisi berusaha mengupas militer, menawarkan amnesti kepada anggota angkatan bersenjata untuk membantu mewujudkan apa yang mereka sebut sebagai kembalinya demokrasi. [NYT/DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.