Dark/Light Mode

Diplomat Senior Imron Cotan:

China Seperti Kapal Titanic Yang Tak Akan Tenggelam

Kamis, 11 Juni 2020 07:50 WIB
Diplomat senior, Imron Cotan di acara Ngopi Yuks via Zoom yang diselenggarakan Rakyat Merdeka, Rabu (10/6). (Foto: Istimewa)
Diplomat senior, Imron Cotan di acara Ngopi Yuks via Zoom yang diselenggarakan Rakyat Merdeka, Rabu (10/6). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wabah corona dan perang dagang dengan AS memang membuat ekonomi China anjlok. Namun, China diyakini tidak bakal kena krisis berat apalagi sampai bangkrut. Sebab, negeri Panda itu punya cadangan devisa yang sangat besar, sekitar 3-7 triliun dolar AS.

Diplomat senior, Imron Cotan, mengibaratkan China seperti Kapal Titanic yang tak akan tenggelam. Pernyataan Imron itu disampaikan dalam acara Ngopi Yuk! yang diselenggarakan Rakyat Merdeka, via Zoom, kemarin. acara yang mengambil tema “Corona dan Isu Konspirasi di Balik Pandemi, Percaya atau Tidak?” itu, dipandu Direktur Rakyat Merdeka, Kiki Iswara.

“Lupakan saja jika ada yang bermimpi China akan mengalami ke bangkrutan,” ujar Imron. “Karena China punya cadangan devisa yang sangat besar,” tambahnya.

Baca juga : Mengharukan, KJRI Hong Kong Pertemukan Balita dan Ibunya di Tengah Pandemi

Imron mengakui, negara Adikuasa saat ini masih dipegang Amerika Serikat (AS). AS masih mengendalikan financial institution yang didirikan berdasarkan sistem return word agreement, yaitu IMF dan World Bank. AS juga sebagai pemegang veto di sistem tersebut. Alhasil, mau tidak mau Indonesia masih membutuhkan inves tasi dari sistem itu.

Akan tetapi, kata Imron, patut digaris bawahi, AS sedang mengalami masalah besar karena Covid-19. Bahkan, kini AS menjadi negara yang memiliki utang terbesar di dunia. Artinya, akan sulit meminta bantuan AS di waktu waktu sekarang.

Lantas, kita harus pro mana? AS apa China? Menurut Imron, keputusan Indonesia harus memihak kiri atau kanan itu harus dipertimbangkan kepada kepentingan Nasional saat ini. Terutama di bidang ekonomi, budaya, hukum, dan keamanan. Namun, dia menilai, kepentingan nasional saat ini mengharuskan Indonesia memanfaatkan kemampuan financial China.

Baca juga : Aturannya Bertabrakan Dan Tak Ada Sanksi, PSBB Terancam Gatot

Tujuannya, untuk memperlebar sayap ekonomi Indonesia. Apalagi Indonesia telah menyepakati Bilateral Swap Arrangement dengan China. Yang isinya, apabila Indonesia mengalami krisis ekonomi seperti 1998, Bank Central China akan ikut intervensi.

Kesepakatan ini juga dilakukan Indonesia bersama Jepang dan Korea Selatan. Kebijakan ini dinamakan Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) agreement. “Yaitu tiga negara besar tadi bersama ASEAN sudah sepakat, apabila ekonomi negara ASEAN terserang, maka mereka akan memberikan sesuatu yang berbentuk surplus. Sehingga kita tidak lagi meng alami apa yang terjadi di 98,” jelas Eks Dubes Indonesia untuk China itu.

Jadi, lanjut Imron, kepentingan na sional saat ini bukan masalah memihak China atas AS. akan tetapi, Indonesia masih perlu berhubungan baik dengan China tanpa melupakan Amerika. “Baik Amerika maupun China memiliki pengaruh sama di dunia internasional,” jelasnya.

Baca juga : Menggembirakan, Kalau Yang Sembuh Salip Yang Meninggal

Dalam paparannya, Imron juga menjelaskan mengenai isu konspirasi China dalam membuat senjata biologi berbentuk corona virus. Dia menegaskan, itu hoaks. Sebagai salah satu dari sedikit orang Indonesia yang dididik PBB di bidang senjata pemusnah massal, Imron membantah biosafety lab level three yang ada di Wuhan bisa membuat senjata virus atau senjata biologi. “Setidak-tidaknya biosafety lab (yang bisa membuat senjata biologi) itu harus bersertifikasi level lima,” cetusnya.

Imron juga membantah isu bahwa corona virus itu dibuat AS melalui perantara salah satu atletnya, Maatje Benassi, yang turut serta dalam kejuaraan Olympic di Wuhan. “Tuduhan ini dibesar-besarkan salah satu youtuber Amerika, George Webb. Saya tidak mau menuduh (George Webb) mungkin ini adalah monetisasi dalam rangka akun youtube yang bersangkutan,” kata Imron.

Kata dia, tidak akan mungkin AS menitipkan senjata biologis ke atletnya. Apalagi China dan AS menjadi penyumbang korban jiwa terbanyak akibat pandemi. “Sejauh ini saya bisa katakan, sebagai pakar di bidangnya, adalah hoaks,” tutupnya. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.