Dark/Light Mode

Susahnya Nyuruh Orang Jepang Work From Home

Kasus Corona Negeri Sakura Naik Terus

Senin, 27 Juli 2020 18:33 WIB
Warga Jepang pada jam sibuk di Distrik Chuo. (AP)
Warga Jepang pada jam sibuk di Distrik Chuo. (AP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kebiasaan pekerja Jepang yang harus setor muka ke kantor dan pola lapora pekerjaan yang berbasis kertas, membuat bekerja dari rumah atau work from home sulit.

Pekerja Negeri Sakura ini dilaporkan terbiasa dengan rutinitas perkantoran yang tinggi intensitas tatap mukanya. Namun ternyata, hal ini justru membuat kasus penularan virus Corona di Jepang tidak kunjung berkurang.

Diberitakan Reuters, Senin (27/7), Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura meminta para pemilik perusahaan untuk menerapkan kebijakan Work From Home (WFH) bagi pekerja mereka. Hal ini demi mengurangi jumlah penularan Covid-19.

Baca juga : Negara G20 Sepakat Dorong Kerja Sama Vaksin Dan Obat

Soalnya, menurut laporan Kyodo, Minggu (26/7), kasus penularan di Jepang kebanyakan klaster dari perkantoran dan klub malam. Klub malam ini biasanya memang ramai didatangi pekerja yang baru kembali dari kantor masing-masing.

Kegiatan sosialisasi usai ngantor ini membuat tidak sedikit pekerja Jepang positif tertular virus SARS CoV2. Rekor lonjakan kasus Covid-19 selama seminggu terakhir di Tokyo dan daerah perkotaan besar lainnya telah membuat para ahli khawatir terhadap gelombang kedua.

"Kami minta para pemilik perusahaan meningkatkan langkah-langkah pencegahan Covid-19. Seperti mendorong lebih banyak lagi bekerja secara online selama keadaan darurat di Jepang," ujar Nishimura.

Baca juga : Olimpiade, Warga Jepang Takut Kasus Covid-19 Naik

Pekan lalu, Tokyo melaporkan catatan harian 366 kasus. Sementara pada Minggu (26/7), Ibukota Jepang ini mencatat penambahan 239 kasus. Kota Fukuoka selatan melaporkan rekor 90 kasus pada hari Minggu, bersama dengan meningkatnya jumlah di Osaka.

"Angka pengguna komuter sudah mulai naik, dari awalnya hanya 30 persen, kini sudah 70 persen komuter terisi penumpang. Kebanyakan merupakan pekerja kantoran. Kami benar-benar tidak ingin mengulang hal ini. Jadi kami harus mencari cara baru untuk bekerja," tandasnya.

Nishimura juga meminta perusahaan-perusahaan untuk menghindari rapat dan kegiatan pertemuan yang melibatkan kerumunan besar. Meski jumlah kasus Corona dengan kondisi serius di Jepang masih relatif kecil, pemerintah juga prihatin dengan peningkatan infeksi di antara masyarakat di usia 40-an dan 50-an.

Baca juga : Meski Tinggi, Kasus Corona di Kazakhstan Terkendali

Pemerintah pusat tetap bertekad memulai kembali kegiatan ekonomi. Pekan lalu, kampanye perjalanan domestik pun diluncurkan, meski di tengah kritik yang meluas.

Sementara ini, Tokyo masih menunda membuka gerbang perjalanan domestic. Gubernur Tokyo Yuriko Koike misalnya, meminta penduduk kota untuk tinggal di rumah selama empat hari tiap pekan.

Sejauh ini, berdasarkan catatan pemerintah Jepang, sudah lebih dari 30 ribu orang terinfeksi Corona dan hampir 1.000 orang tewas akibat virus ini. (Kyodo/Reuters/DAY)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.