Dark/Light Mode

Diam Soal Uighur, Erdogan Diprotes

Selasa, 28 Juli 2020 20:05 WIB
Muslim Uighur. (Foto: ist)
Muslim Uighur. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dikritik aktivis hak-hak Muslim Uighur karena terkesan diam atas penindasan warga Uighur oleh China.

"Presiden Turki memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengkritik India terutama terkait komunitas Muslim. Namun, tidak mengatakan apa-apa terhadap China atau tentang penindasan Muslim Uighur," kata Arslan Hidayat, seorang aktivis hak-hak Uighur yang berbasis di Istanbul, seperti dilansir WION News, Senin (27/7).

Baca juga : Ubah Hagia Sophia, Erdogan Lagi Berusaha Kerek Popularitas

Sebuah laporan baru mendokumentasikan cara-cara inovatif yang dilakukan China untuk mengekstradisi orang Uighur. Pertama-tama keberadaan mereka didentifikasi, kemudian berusaha mengatur agar warga Uighur dikirimkan ke negara ketiga dan dari sana China dengan mudah melakukan ekstradisi untuk menghadapi kamp konsentrasi di Xinjiang.

Media Inggris Telegraph menemukan, beberapa orang Uighur dikirim lebih dulu ke Tajikistan, sebuah negara yang siap tunduk ketika China mengajukan permintaan ekstradisi.

Baca juga : Erdogan Cuekin Kecaman Internasional

Diceritakan Hidayat, bahwa hingga kini Turki masih menampung populasi Uighur terbesar di luar China. Diperkirakan sekitar 50.000 warga Uighur telah mencari perlindungan di Turki.  Mereka berusaha menghindari penindasan China, tetapi 'tangan panjang' China kini mulai menjangkau mereka.

Hidayat, mengetahui langsung tentang bagaimana proses ekstradisi ini. Hidayat menggambarkan China melakukan segala daya untuk membawa kembali warga Uighur di luar negeri. "China memburu warga Uighur karena mereka dapat membongkar borok penindasan yang dilakukan negeri komunis itu," kata Hidayat.

Baca juga : Diaspora Hong Kong Tertarik dengan Diaspora Bonds

Selain Turki, sejumlah negara yang awalnya melindungi pelarian Uighur dari China kini berbalik arah dan mendorong agar mereka dideportasi. China menggunakan kekuatan ekonominya untuk menekan negara-negara tempat warga Uighur meminta perlindungan.

Selain di Turki, komunitas Uighur juga menghadapi pilihan sulit di Arab Saudi. Hendak pulang ke China dan mengambil risiko mendarat di kamp re-edukasi, atau hidup dengan status ilegal di Arab Saudi di bawah ancaman deportasi karena paspornya tidak diperpanjang pemerintah China. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.