Dark/Light Mode

Dukung Pengembangan ABK, Singapura-Indonesia Perkuat Kemitraan

Selasa, 26 Februari 2019 08:08 WIB
Relawan Singapore International Ong Li Hui (baju oranye) dan Direktur Eksekutif SIF Jean Tan (tengah) berinteraksi dengan siswa YPAC Jakarta dalam tur fasilitas YPAC Jakarta. (Foto: Kedubes Singapura)
Relawan Singapore International Ong Li Hui (baju oranye) dan Direktur Eksekutif SIF Jean Tan (tengah) berinteraksi dengan siswa YPAC Jakarta dalam tur fasilitas YPAC Jakarta. (Foto: Kedubes Singapura)

RM.id  Rakyat Merdeka - Melalui kemitraan dengan Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) dan Singapore Health Services (SingHealth), Singapore International Foundation menyelenggarakan program training berdurasi 4 tahun, yang fokus pada pengembangan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Jakarta. 

Proyek bertajuk Terapi Okupasi Bagi ABK yang ditujukan untuk menguatkan dukungan terhadap ABK di Ibukota ini, merupakan tindak lanjut dari program SIF Special Education (SPED), yang sebelumnya telah diselenggarakan dengan sukses di Medan, Sumatera Utara pada 2013-2015.

Dalam kerja samanya dengan sekolah berkebutuhan khusus Yayasan Abdi Kasih, lebih dari 100 guru SPED dilatih untuk menerapkan strategi okupasi dan wicara dalam mengelola ruang kelas, serta meningkatkan kualitas hidup ABK di Medan.

Baca juga : Ditolak Di Tabanan, Sandi Balik Kanan

Dalam 4 tahun ke depan, tim relawan Singapura atau Singapore International Volunteers (SIV) yang mendatangkan terapis okupasi dari RS Ibu dan Anak KK (KKH) akan melatih 50 praktisi SPED dari YPAC Jakarta.
 
Mereka akan berbagi ilmu pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman dalam terapi okupasi. 20 pelatih kepala terpilih nantinya juga akan mendapat pelatihan tambahan, untuk memastikan ilmu mereka tersampaikan dengan baik di lapangan. 

Diharapkan, proyek ini mampu memberikan dampak positif bagi banyak komunitas. Sejumlah lembaga yang telah berpartisipasi dalam SPED di antaranya adalah Yayasan Sayap Ibu Bintaro, Yayasan Ilmu Padi, Yayasan Tri Asih, Kevala Special School, dan Permataku Bintaro Clinic.

Peserta training SPED Indonesia nantinya akan menjalani 4 komponen latihan. Yakni kunjungan studi ke Singapura untuk mengikuti seleksi pelatih kepala, pengembangan dan pengayaan perangkat manajemen dan strategi, sharing profesional melalui simposium, serta pendidikan umum bagi orangtua dan pengasuh untuk meningkatkan kepedulian terhadap segala hal yang terkait perawatan pasien ABK.

Baca juga : PKB Makin Ngetop Di Kalangan Wong Cilik

Di akhir proyek ini, peserta akan dididik untuk memahami dan melaksanakan strategi manajemen perilaku dasar untuk berbagai kategori ABK seperti autis dan cerebral palsy. Di antaranya, memastikan kesesuaian tahapan perkembangan dengan beragam aktivitas yang dilakukan ABK tersebut, menggunakan metode yang tepat untuk  mengajarkan ABK tersebut agar mampu merawat diri sendiri, dan menggunakan alat yang relevan untuk menilai dan mendokumentasikan kemajuan atas perkembangan ABK.

Proyek ini diharapkan dapat memberikan manfaat langsung bagi 2.000 anggota masyarakat Indonesia. Termasuk ABK dan keluarganya, guru, sukarelawan, dan terapis pendukung lain.
 
Peluncuran program yang dihelat di Auditorium YPAC Jakarta ini, dihadiri Direktur Eksekutif SIF Jean Tan dan Ketua YPAC Jakarta Kumala Insiwi Suryo. “Banyak yang harus dilakukan untuk mengurangi hambatan pendidikan bagi ABK di Singapura dan Indonesia. Karena itu, sangat menggembirakan melihat orang Singapura dan Indonesia berkumpul hari ini, untuk berkolaborasi dan meningkatkan standar dukungan untuk ABK. Kami juga berharap, kolaborasi baru ini akan semakin memperdalam hubungan antar masyarakat antara kedua komunitas kami," ujar  Jean Tan.

Kolaborasi Lintas Disiplin Ilmu

Baca juga : Pertama Dibuka Di Palestina, Kelas Bahasa Indonesia Ramai Peminat

Di lain pihak,  Kumala mengaku senang dapat bermitra dengan SIF dan KKH, dalam kolaborasi untuk meningkatkan kualitas hidup ABK di Jakarta.
Ia meyakini, sektor ABK memiliki banyak ragam dan sangat bergantung pada kolaborasi lintas berbagai disiplin ilmu dan pengalaman. "Kami yakin,  perspektif baru yang diperoleh melalui kemitraan ini akan sangat berharga. Kami sangat senang dapat memperdalam ikatan kami dengan teman-teman Singapura, melalui kolaborasi yang bermakna ini," jelasnya.

Direktur Eksekutif SIF Jean Tan dan Ketua YPAC Jakarta Ibu Kumala Insiwi Suryo (baris atas, kedelapan dan kesembilan dari kiri), dan relawan Singapore International (baju oranye) berfoto bersama usai peluncuran Program Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan Bagi ABK Dengan Pendekatan Terapi Okupasi di Jakarta, Senin (25/2). (Foto: Kedubes Singapura)

Sementara itu, SIV dan Kepala Layanan Terapi Okupasi KKH Soh Siok Khoon mengatakan, pihaknya telah melihat bukti bahwa intervensi awal dan dukungan untuk ABK mampu mendukung perkembangan yang nyata bagi mereka. "Upaya pemberdayaan anak-anak dan masyarakat membutuhkan dukungan jangka panjang dan sikap positif. Hal ini akan menjadi lebih bermakna, bila kita dapat melaluinya dengan saling berbagi dan bertukar ilmu pengetahuan dengan teman-teman Indonesia. Kami sangat berterima kasih atas kesempatan kemitraan ini, dan
berharap dapat bekerja sama dengan baik," tutur Soh.

Sekadar informasi, eksistensi SIF di Indonesia dimulai pada tahun 1992. Terutama, di bidang kesehatan dan proyek peningkatan kapasitas pendidikan. Dalam beberapa tahun terakhir, program ini juga mencakup bidang kewirausahaan sosial dan seni dan budaya. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.