Dark/Light Mode

Duta Besar Indonesia untuk Ethiopia Al Busyra Basnur

Promosikan Tanah Air Pakai Gastrodiplomacy

Rabu, 30 September 2020 07:32 WIB
Duta Besar Indonesia untuk Ethiopia Al Busyra Basnur Promosikan Tanah Air Pakai Gastrodiplomacy

RM.id  Rakyat Merdeka - ADA pepatah yang bilang dari lidah turun ke hati. Lewat makanan bisa jadi timbul sayang dan cinta. Tampaknya pepatah itu yang dipakai Duta Besar Duta Besar Indonesia untuk Ethiopia, Djibouti, dan Uni Afrika, Al Busyra Basnur dalam mempromosikan Tanah Airnya. Istilah kekiniannya, gastrodiplomacy (diplomasi lewat makanan).

Gastrodiplomacy adalah salah satu bentuk soft power suatu negara, dari situ kita bisa mengenal budaya lain,” kata Dubes Al dalam seminar nasional virtual bertajuk Gastro Diplomacy Goes To Africa, yang digelar Universitas Airlangga, Senin (28/9).

Dubes Al banyak bercerita terkait gastrodiplomacy. Pertama, saat memulai tugas di Ethiopia. Dia berkenalan beberapa dubes negara lain yang ternyata pernah bertugas di Jakarta.

Dalam beberapa kesempatan, Al mengundang para koleganya itu untuk makan di kediamannya. Baik makan siang, maupun malam. Dan, Al memastikan kepada koleganya ada makanan Indonesia di kediamannya. Jika tidak begitu, para koleganya tidak mau datang.

“Mereka begitu mengenang makanan Indonesia,” ujar Al.

Berikutnya, dalam rangka mempromosikan makanan Indonesia, dia juga pernah mengirim beberapa pemuda dari Ethiopia ke Jakarta. Untuk ikut dalam African Infrastructure Dialogue. Dan juga beberapa kegiatan lainnya.

Baca juga : Gamelan dan Tarian Tampil Di Tambang Garam Wieliczka

Kata Al, kesempatan itu dipakai para pemuda yang dikirim dari Ethiopia menikmati makanan Indonesia. Para pemuda itu bercerita, bahwa semua makanan Indonesia yang mereka lihat sudah dicoba. Dan mereka sangat menyukainya.

Lalu, dia juga pernah mengirim sejumlah wartawan dari Ethiopia ke Indonesia. Dan mereka juga makan makanan Indonesia. Me- reka sangat menyukainya. Dan makan dengan sangat lahap. Cuma satu yang tidak mereka makan atau minum. Yakni, air kelapa muda. Karena memang tidak suka kelapa.

Penyebabnya adalah karena letak negara. Khususnya kota Addis Ababa. Yang berada di ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas per- mukaan laut. Jadi, di sini tidak ada pohon kelapa. Kalau memerlukan kelapa atau santan, hanya ada dalam bentuk kaleng. Atau yang dalam bentuk beku.

“Jadi, memang tidak mudah untuk membuat rendang di sini,” canda Al.

Pengalaman menarik soal makanan Indonesia juga didapatnya saat masih bertugas sebagai Konsul Jenderal di Houston, Amerika Serikat (AS). Dia bilang, salah seorang sahabatnya sesama diplomat, selalu menanyakan kapan diundang ke rumah untuk makan. Menurutnya, itu menandakan masakan Indonesia sangat disenangi di mana-mana.

Di Afrika terdapat beberapa restoran, atau kafe-kafe yang menjual makanan Indonesia. Antara lain ada di Mesir, Afrika Selatan, Sudan dan juga Rwanda. Bisa dibilang masih belum terlalu luas. Dan itu jadi salah satu tugas dari perwakilan Indonesia yang ada di Afrika.

Baca juga : Butuh Keluwesan Untuk Sosialisasikan Pancasila

Dalam perjalanan gastrodiplomacy, dia mencatat, salah satu produk mie instan asal Indonesia, cukup terkenal di Afrika. Dia mengaku pernah mendengar cerita, bahwa ada beberapa orang dari Afrika yang kaget melihat mie instan itu ternyata ada di Indonesia. Dan menceritakan hal itu pada teman-temannya.

“Padahal, mie instan itu memang berasal dari Indonesia,” cerita Al sambil tertawa.

Saat ini, produsen mie instan itu sudah membangun pabrik di sejumlah negara Afrika. Antara lain, di Mesir, Nigeria, Sudan, Kenya, Maroko dan Ethiopia. Al berharap, semakin banyak produk-produk makanan Indonesia yang tumbuh dan berkembang membangun pabrik di negara-negara Afrika.

Sebagai informasi, saat ini ada 30 perusahaan asal Indonesia yang berinvestasi di benua Afrika. 15 perusahaan di antaranya berinvestasi di Nigeria. Lima ada di Ethiopia dan sisanya tersebar di berbagai negara.

Untuk mempromosikan makanan Indonesia di Afrika, beberapa perwakilan Indonesia melakukan sejumlah cara. Di antaranya, mengadakan bazaar.

Lalu, memasak atau menyajikan makanan Indonesia pada saat acara resepsi diplomatik. Kemudian memberikan pelatihan-pelatihan kepada warga setempat bagaimana cara memasak makanan Indonesia.

Baca juga : Apresiasi Kelancaran Pembangunan MRT Fase 2

“Dan tidak hanya melibatkan perwakilan resmi Indonesia. Tapi juga diaspora Indonesia,” terangnya.

Di Afrika, khususnya di Kota Addis Ababa, juga terdapat banyak restoran dari berbagai ne- gara dan berbagai wilayah. Seperti dari Asia Timur ada restoran China, Korea hingga Jepang.

Untuk makanan di Afrika, secara umum dipengaruhi kolonialisme. Dan berbeda karakter di setiap wilayah. Baik Afrika barat, timur maupun tengah. Dan itu jadi salah satu faktor pertimbangan saat mempromosikan makanan Indonesia.

Dia bilang, untuk mempromosikan makanan Indonesia, harus tahu karakteristik Afrika. Apalagi, jumlah etnik penduduk di Afrika mencapai ratusan. Bahkan, dalam satu negara bisa terdiri dari ratusan etnis.[PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.