Dark/Light Mode

Kandangkan Boeing Max 8, China Bikin AS Ketar-ketir

Rabu, 13 Maret 2019 15:15 WIB
Boeing 737 Max 800 di China. (Foto Thomas Peter)
Boeing 737 Max 800 di China. (Foto Thomas Peter)

RM.id  Rakyat Merdeka - Keputusan China mengandangkan pesawat Boeing 737 Max 8 menyusul tragedi Ethiopian Airlines, membuat Amerika Serikat (AS) ketar-ketir. Wajar, sebab China memiliki 96 pesawat jenis 737 Max 8. Angka itu seperempat dari total jumlahnya di dunia. Ada 350 buah. Langkah China dinilai dapat merusak nilai saham Boeing. Namun pengamat penerbangan menilai keamanan penumpang harus diutamakan.

China merupakan negara pertama yang memutuskan menghentikan pemakaian Boeing 737 Max 8 setelah Ethiopian Airlines ET 320 mengalami musibah dan menewaskan 157 penumpang dan awak pesawat pada Minggu (10/3). Kebijakan China diikuti negara lain. Termasuk Ethiopia, Indonesia, Mongolia, Malaysia, Singapura, Korea Selatan dan sejumlah negara di Amerika Latin. Begitu juga negara-negara di Uni Eropa mengambil langkah serupa. Melarang burung besi tersebut terbang ke dan menuju Uni Eropa. Keputusan ini diambil sampai menunggu hasil investigasi penyebab jatuhnya ET320.

Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA mengklaim pesawat Boeing layak terbang, FAA menilai keputusan China tidak perlu. Namun demikian, minim penjelasan Boeing mengenai sistem keamanan pesawat buatan mereka. Pada Oktober 2018 pesawat itu mengalami kecelakaan di Indonesia.

Baca juga : Beringin Bakal Mainkan Serangan Darat & Udara

"Keputusan yang diambil sejumlah negara bisa menjadi tekanan bagi FAA untuk menjelaskan alasan mereka membela Boeing. Boeing masih belum menjelaskan detail sistem keamanan dalam pesawat tipe 737 Max 8," ujar Direktur General Asosiasi Penerbangan Asia Pasifik, Andrew Herdman.

FAA menjelaskan pihaknya masih mengolah data investigasi insiden yang terjadi di Indonesia dan Ethiopia. Pihak Boeing juga menjanjikan perbaikan sistem software jet Boeing dalam waktu dekat. Petinggi Badan Penerbangan Sipil China (CAAC) mengatakan pihaknya sudah pernah meminta penjelasan mengenai software dalam pengemudian jet 737 Max 8, yang sebelumnya mengalami kecelakaan di Indonesia. Tapi pihak FAA dan Boeing disebut tidak memberikan jawaban memuaskan kepada CAAC.

CAAC menilai FAA tidak tegas kepada Boeing. Jadi CAAC mengambil keputusan tegas.

Baca juga : Kenaikan Biaya Kargo Pesawat Bikin Petani Cabe Menjerit

"Mereka tampaknya kesulitan mengambil langkah tegas. Maka, kami saja yang ambil alih," kata Wakil Direktur CAAC Li Jian.

Li menambahkan, ada masalah serius dalam respons otomatis pesawat jika pilot dihadapkan pada kondisi darurat.

"Sejumlah pilot kami sering melaporkan ada masalah kendali pada pesawat jenis tersebut," imbuh Li.

Baca juga : Chris John Bikin Kejuaraan Tinju Dunia

China baru akan kembali menggunakan pesawat tersebut jika Boeing sudah memperbaiki sistem keamanan dan memberikan penjelasan secara detail.

"Pilot kami tidak berani menerbangkan pesawat yang tidak bisa kami kendalikan," ujar Li.

Dilansir Washingtonpost, langkah CAAC mengirim sinyal: kini, pihak yang memiliki pengaruh dalam penerbangan global bukan hanya FAA. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.