Dark/Light Mode

Malaysia Lawan Kebijakan Kelapa Sawit Uni Eropa

Rabu, 27 Maret 2019 21:02 WIB
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad

RM.id  Rakyat Merdeka - Malaysia memprotes kebijakan kelapa sawit Uni Eropa. Jika Uni Eropa terus melarang minyak kelapa sawitnya masuk, Perdana Menteri Malaysia Mahathir bakal menggagalkan pembelian pesawat jet asal Prancis dan menggantinya dengan jet tempur produksi China.

Malaysia berencana meremajakan pesawat tempur Rusia Mig-22 dan menggantinya dengan pesawat jet Rafale dari Perancis atau Eurofighter Typhoon. "Jika mereka terus mengambil tindakan terhadap kami (melarang minyak kelapa sawit), Kami akan berpikir untuk membeli pesawat terbang dari Tiongkok atau negara lain," kata Mahathir.

Baca juga : Italia Teken Kesepakatan Dengan China, Poros Barat Mengecam

Dilansir Kantor Berita Bernama, Mahathir menekankan, Malaysia tidak menyatakan perang terhadap Uni Eropa karena negara tersebut masih membutuhkan barang dari Benua Biru itu. Terlebih, Uni Eropa merupakan salah satu mitra dagang terbesar Malaysia. Karena itu, Mahatir mengatakan tindakan apa pun untuk mengurangi atau menghentikan impor dari Uni Eropa tidak akan dilakukan secara terburu-buru, melainkan harus dipelajari terlebih dahulu dampaknya.

Menurut catatannya, kampanye anti-sawit negara-negara Eropa akan berdampak pada ekspor minyak sawit Malaysia, meskipun kawasan itu bukanlah kontributor terbesar. "Sentimen anti-kelapa sawit di Eropa terhadap Malaysia sangat kuat, ekspor komoditas (dari Malaysia) akan terpengaruh meskipun mereka bukan pasar terbesar kami," katanya.

Baca juga : Target 10 Juta Lapangan Kerja Tercapai Empat Tahun

Parlemen Eropa dalam proses pelarangan penggunaan minyak sawit untuk biofuel. Sidang Parlemen Uni Eropa yang berlangsung Senin (25/3) hingga Kamis (28/3) mendatang. Namun jaringan ritel di Inggris dan Islandia telah mengumumkan bahwa mereka akan berhenti menggunakan komoditas tersebut.

Sebelumnya, dalam pidatonya, Mahathir menyatakan kekecewaannya terhadap produsen makanan Eropa yang telah melabeli produk mereka 'No Palm Oil'. Ini menggambarkannya sebagai upaya propaganda untuk melindungi pasar mereka.

Baca juga : Ambruk Di Lapangan, Kiper Napoli Dilarikan Ke Rumah Sakit

"Mereka tidak memperhatikan pekerja (Malaysia) di perkebunan kelapa sawit. Kami memiliki sekitar 600.000 karyawan yang akan kehilangan pekerjaan jika perkebunan kelapa sawit ditutup," katanya.

Klaim negara-negara Eropa: budidaya kelapa sawit akan memengaruhi hutan dan satwa liar seperti harimau, gajah, dan Orang Utan. Bahkan Uni Eropa menuding minyak sawit beracun dan tidak sehat jika dimasukkan ke makanan. Dikutip dari GAPKI atau Indonesian Palm Oil Association, langkah Uni Eropa itu ingin melindungi petaninya. Negara itu punya sunflower oil dan rapseed oil serta soybean oil. Parlemen Eropa menghadapi tekanan petani agar kedua komoditas itu menjadi sumber utama minyak nabati di Eropa. Hal itu menjadi concern Uni Eropa dan menjadi input bagi Parlemen Eropa untuk melindungi kepentingan domestiknya. [MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.