Dark/Light Mode

2 Demonstran Tewas, Massa Anti Kudeta Myanmar Serukan Mogok Kerja

Senin, 22 Februari 2021 13:39 WIB
Demonstran berkumpul di persimpangan dekat Pagoda Sule untuk memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar. [Foto: AP]
Demonstran berkumpul di persimpangan dekat Pagoda Sule untuk memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar. [Foto: AP]

RM.id  Rakyat Merdeka - Massa anti kudeta militer Myanmar pada Senin (22/2), mengajak pendukung mereka melakukan mogok kerja massal nasional. Mereka juga mengancam akan melakukan lebih banyak aksi protes jalanan.

Ajakan ini sebagai bentuk balasan atas tewasnya dua rekan mereka, usai ditembak polisi di Mandalay, akhir pekan kemarin.

Meski mengerahkan lebih banyak pasukan dan berjanji untuk mengadakan Pemilu ulang, para jenderal pemimpin kudeta Myanmar gagal menghentikan gelombang demonstrasi dan gerakan pembangkangan sipil yang sudah berlangsung lebih dari dua pekan. Sampai hari ini, para demonstran terus turun ke jalan dan menyerukan pembebasan pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi.

Aktivis pemuda terkemuka Myanmar, Maung Saungkha, mendesak rakyat Myanmar terus bergabung dalam aksi protes pada Senin (22/2). “Mereka yang tidak berani keluar, silakan tinggal di rumah. Saya akan keluar dengan cara apapun yang saya bisa. Saya akan mengharapkan Generasi Z beraksi. Mari kita bertemu, kawan-kawan!” ujarnya, dalam unggahan di Facebook, Minggu malam (21/2), dikutip kembali Reuters, Senin (22/2).

Baca juga : 2 Demonstran Tewas, Facebook Hapus Laman Militer Myanmar

Myanmar punya sejarah kelam terkait unjuk rasa. Lebih dari tiga dasawarsa silam, warga negara itu juga pernah melancarkan protes antimiliter yang dikenal sebagai Aksi 8888 -mengacu pada waktu pelaksanaan unjuk rasa, yakni 8 Agustus 1988.

Namun, demonstrasi massa ketika itu dibabat habis dengan pertumpahan darah oleh aparat, dengan korban tewas diperkirakan mencapai 10.000 jiwa.

Pada aksi unjuk rasa pascakudeta kali ini, respons militer Myanmar tidak begitu mematikan seperti pada 1988. Akan tetapi, setidaknya sudah ada 3 orang yang tewas, setelah dua orang ditembak mati di Mandalay pada Sabtu (20/2) lalu. Selain itu, ada satu polisi tewas karena cedera saat menangani aksi massa, menurut klaim militer Myanmar.

Media resmi Myanmar, MRTV memperingatkan warga, akan rencana aksi pada hari ini. “Para pengunjuk rasa sekarang menghasut masyarakat, terutama remaja dan pemuda yang emosional, ke jalur konfrontasi, di mana mereka akan menderita kehilangan nyawa,” kata stasiun televisi itu.

Baca juga : 2 Demonstran Myanmar Tewas Tertembak, AS Sampaikan Pesan Duka

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Myanmar menyebut, pihak berwenang di negara itu akan menahan diri sepenuhnya. Beberapa negara Barat mengutuk kudeta dan mengecam kekerasan aparat terhadap pengunjuk rasa di negara Asia Tenggara itu.

Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Inggris dan Jerman juga mengutuk kekerasan tersebut. Sementara, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, tindakan represif aparat yang menghilangkan nyawa orang itu tidak dapat diterima.

Militer merebut kekuasaan dengan menggulinggkan Aung San Suu Kyi. Kelompok tentara itu menuduh telah terjadi kecurangan dalam Pemilu 8 November lalu— yang dimenangkan partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Unjuk rasa di Myanmar sebagian besar berjalan damai, non-kekerasan. Hanya sesekali demonstran menyalakan api dan melemparkan botol ke arah aparat kepolisian ketika terjadi provokasi.

Baca juga : DP Nol Persen Bagus, Tapi Masih Kurang Nendang Kerek Penjualan Properti

Di Kota Yangon, pada Minggu malam (21/2), truk-truk hilir-mudik di jalan-jalan sambil menghimbau, agar masyarakat tidak mengikuti unjuk rasa pada Senin (22/2). Masyarakat juga diminta menghormati larangan kumpul-kumpul yang diikuti oleh lebih dari lima orang.

Yangon adalah salah satu kota terbesar di Myanmar. Larangan acara kumpul-kumpul diterbitkan tak lama setelah kudeta, namun tidak diberlakukan di Yangon, yang selama dua pekan terakhir telah menjadi pusat unjuk rasa terbesar hampir setiap hari. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.