Dark/Light Mode

Indonesia Berpeluang Pimpin Pembangunan Ramah Lingkungan

Rabu, 19 Mei 2021 13:10 WIB
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Owen Jenkins (Foto: British Embassy Jakarta)
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Owen Jenkins (Foto: British Embassy Jakarta)

 Sebelumnya 
Menurutnya, semua negara, termasuk Indonesia, dapat mempercepat transisi emisi nol bersih sejak sekarang sambil menumbuhkan ekonomi mereka lebih cepat, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, serta mendukung pengentasan kemiskinan dan kemakmuran.

”Dari pengalaman kami sendiri, pendanaan sektor publik dan swasta mengalir lebih cepat ke investasi hijau,” ujarnya.

Dalam pidato Presiden terpilih COP26 (Conference of the Parties) tentang perubahan iklim, Alok Sarma, di Glasgow, mengatakan COP26 tahun ini yang akan diselenggarakan di Inggris menjadi peluang terbaik dunia untuk membangun masa depan yang lebih bersih dan lebih hijau. COP26 akan mempertemukan para negosiator iklim dari 196 negara, pelaku bisnis, organisasi, para ahli, dan pemimpin dunia di SEC di Glasgow mulai tanggal 1 hingga 12 November 2021.

”Saya yakin bahwa para pemimpin dunia akan mempergunakan kesempatan ini dengan sebaik mungkin, dan bukan sekedar menunggu nasib,” ujar Sharma.

Baca juga : Konsistensi Indonesia Dukung Palestina Dipuji Dewan Duta Besar Arab

Dalam mempersiapkan pidatonya, Sharma menanyakan kepada anak perempuannya tentang pesan apa yang harus dia berikan kepada para pemimpin dunia tentang prioritas mereka.

”Responsnya sederhana, yaitu, ’tolong beri tahu kepada mereka untuk memilih planet ini’. Dan itulah pesan yang ingin saya sampaikan kepada Anda hari ini. Pesan dari putri saya. Pesan dari generasi mendatang. Inilah momen kita. Tidak ada kesempatan kedua. Ayo kita pilih planet ini,” sebut Sharma.

Menurut Sharma, apabila kita serius untuk mencegah kenaikan suhu global tidak lebih dari 1,5 derajat celsius, kita harus mengurangi separuh emisi global pada 2030.

”Oleh karena itu, Glasgow harus menjadi KTT yang mengakhiri penggunaan batubara. Kita bekerja secara langsung dengan pemerintah dan melalui organisasi internasional, untuk mengakhiri pembiayaan batubara secara global,” ujarnya.

Baca juga : Bamsoet Dukung Pembangunan Pelabuhan Pesinggahan Di Klungkung Bali

Menurut Sharma, hari-hari penggunaan batubara sebagai sumber energi termurah sudah lewat. ”Kita harus menjadikan COP26 sebagai momen penting untuk mengakhiri penggunaan batubara, sambil mendukung pekerja dan komunitas untuk melakukan transisi,” ujarnya.

Oleh karena itu, Ia meminta negara-negara anggota G-7 memimpin transisi menuju ekonomi hijau dengan meninggalkan tenaga batubara. ”Kita juga harus bekerja dengan negara-negara berkembang untuk mendukung transisi mereka ke energi bersih,” jelas Sharma.

Menurutnya, Inggris telah menjadi contoh adanya transisi ini. Pada 2012, 40 persen listrik Inggris berasal dari batubara, tetapi saat ini hanya tinggal kurang dari 2 persen.

Dalam waktu kurang dari 20 tahun, Inggris mengembangkan sektor angin lepas pantai terbesar di dunia.

Baca juga : Jadikan Desa Lokomotif Pembangunan, Ini Tiga Fokus Sandiaga

Melalui komitmen untuk mengurangi emisi karbon hingga 78 persen pada tahun 2035, Inggris akan sepenuhnya menghentikan penggunaan tenaga batubara pada 2024, serta mengakhiri penjualan kendaraan bensin dan diesel baru pada 2030. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.