Dark/Light Mode

Pasca Serangan Bom Paskah, Warga Muslim Jadi Bulan-bulanan

Sri Lanka Blokir Media Sosial

Selasa, 14 Mei 2019 08:22 WIB
Aparat Sri Lanka, kemarin masih berjaga di depan katedral St Anthony, Colombo, usai serangan bom di gereja ini 22 April lalu. (Foto : AP/Eranga Jayawardena).
Aparat Sri Lanka, kemarin masih berjaga di depan katedral St Anthony, Colombo, usai serangan bom di gereja ini 22 April lalu. (Foto : AP/Eranga Jayawardena).

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah Sri Lanka kembali memblokir akses sosial media dan aplikasi komunikasi. Termasuk WhatsApp dan Facebook, pasca aksi perusakan masjid dan toko milik warga Muslim.

Sepanjang pekan lalu, laporan pengrusakan masjid di Sri Lanka, berupa pelemparan batu dan kayu, serta perusakan toko milik warga Muslim meningkat. Pasca serangan bom bunuh diri pada perayaan Paskah lalu. Serangan bom Paskah lalu membuat warga Muslim menjadi bulan-bulanan aksi balas dendam warga Sri Lanka.

Selain aksi pelemparan batu ke masjid, seorang pria, diduga Muslim, babak belur dipukuli di kota Chilaw, yang mayoritas warganya beragama Kristen. Aksi teror perusakan dan pemukulan ini disiarkan di Facebook dan disebarkan via WhatsApp.

Baca juga : Imbas Tragedi Sri Lanka, Warga Muslim Dimusuhi

Reuters melaporkan penyebaran informasi menyimpang ini menimbulkan histeria publik dan membuat keamanan Sri Lanka kembali memburuk.

Otoritas Sri Lanka sudah menahan seorang warga yang memposting “1 day u will cry” - “1 hari kalian akan menangis” di laman Facebooknya. Pelaku diidentifikasi bernama Abdul Hameed Mohamed Hasmar (38). Postingan dan balasannya di sosial media dinilai provokatif dan dianggap mengancam pihak lain.

Pemblokiran media sosial dan layanan pesan singkat pernah dilakukan beberapa kali saat aksi bom bunuh diri yang menewaskan 258 orang terjadi. Namun beberapa hari kemudian dicabut.

Baca juga : Korban Tewas Bom Paskah Tembus 359, Intelijen Sri Lanka Memble

Sementara itu, otoritas keamanan menangkap sekelompok orang di Kuliyapitiya dan Dummalasuriya yang diduga memprovokasi warga untuk menyerang masjid dan toko-toko milik Muslim. Juru bicara militer Sumith Atapattu mengatakan, warga Kuliyapitiya dan Dummalasuriya meminta agar pria yang mengunggah pesan itu dibebaskan.

“Untuk mengendalikan situasi, polisi memberlakukan jam malam,” terang Atapattu, dikutip Reuters, kemarin.

Kekerasan terhadap warga Muslim meluas tiga pekan setelah serangan bom bunuh diri ke gereja. Beberapa organisasi Islam menerima puluhan pengaduan dari penjuru negeri tentang aksi kekerasan dan pelecehan.

Baca juga : Warganya Diajak Berubah, Pabriknya Diajak Berubah

Alasan umat agama lain main hakim sendiri adalah kekhawatiran pemerintah belum menangkap semua militan. Bentrokan besar terjadi pada pekan lalu di Kota Negombo antara umat Islam dan Kristen dipicu permasalahan lalu lintas. Pemerintah juga memberlakukan pemblokiran media sosial setelah bentrokan itu. [Reuters/DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.