Dark/Light Mode

Jokowi Di Tengah Putin Dan Zelenskyy

Senin, 9 Mei 2022 08:59 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Yang dibutuhkan adalah konsep konkret untuk menghentikan peperangan. Masalahnya, Perancis, Jerman, Inggris, Turki, AS sudah mengajukan konsepnya, tapi tidak didengar oleh pihak-pihak yang berperang. Kedua pihak yang baku-hantam bahkan sudah 2 (dua) kali duduk di meja perundingan atas bujukan pihak ketiga, toh gagal juga.            

Beberapa hari yang lalu ada pula berita yang mencengangkan masyarakat: Presiden Jokowi dikabarkan mengundang Presiden Zelenskyy untuk hadir sebagai observer di KTT G20. Sikap Jokowi ini, konon mendapat pujian dari luar negeri; bahkan Jokowi dikabarkan mampu memainkan peran mendamaikan kedua pihak yang berperang di Ukraina. Jokowi pantas mendapat hadiah perdamaian Nobel?!            

Baca juga : Ekonomi Kapitalistis VS Ekonomi Kerakyatan

Ah, pandangan seperti itu, kiranya, utopia semata.

Jangan lupa, G20 adakah forum Kerjasama ekonomi internasional, bukan forum politik. Apa relevansinya jika Tuan Rumah G20 mengundang Presiden Ukraina semata-mata untuk mengimbangi kehadiran Putin, meskipun Zelenskyy diundang hanya sebagai observer, bukan sebagai Anggota. Zelenskyy langsung mengucapkan penghargaan yang tinggi kepada Jokowi.            

Baca juga : Kenapa Keturunan PKI Tidak Boleh Masuk TNI?

Sejauh ini Gedung Putih sayup-sayup mengeluarkan ancaman kepada pemerintah kita untuk memboikot G20 jika Putin tetap diundang. Kementerian Luar Negeri kita menepis ancaman tersebut. Memang Indonesia akan dinilai lemah jika tunduk pada tekanan Washington untuk tidak mengundang Presiden Rusia. Kewajiban Tuan Rumah untuk mengundang semua anggota G20.

KTT G20 masih 6 (enam) bulan lagi. Dinamika peperangan di Ukraina masih terus berkembang. Presiden Joe Biden bisa saja kecewa, bahkan marah jika peperangan menunjukkan skala yang kian hebat dan korban yang meningkat dan benar-benar memboikot KTT itu. Jangan lupa, Amerika punya pengaruh besar di G20. Bisa saja Presiden Biden mempengaruhi negara-negara konco-nya untuk tidak hadir pada KTT G20 di Indonesia nanti, sekaligus secara mendadak melambungkan pengaruh G7 yang terdiri atas AS, Jerman, Jepang, Inggris, Perancis, Kanada dan Italia. Jangan lupa G7 masih aktif, bertemu 2 tahun sekali. Seperti kita ketahui G20 dibentuk untuk menampung negara-negara setengah maju, termasuk R.I. G20 semacam “perluasan”  dari G7.           
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.