Dark/Light Mode

Balapan Di Padang Kurusetra

Senin, 6 Juni 2022 06:15 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Perhelatan balapan Formula E digelar di Jakarta, Sabtu kemarin. Hal ini menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia telah bangkit dari pandemi dan peduli terhadap lingkungan. Jakarta EPrix mengusung tema “We Go Green” sangat strategis untuk menjawab isu-isu global bagaimana menurunkan emisi karbon dan menjaga keseimbangan lingkungan. Memasuki era “Global Warming” pembangunan berkesinambungan atau sustain development akan terwujud jika kita mampu menjaga keseimbangan alam termasuk menekan laju gas rumah kaca.

Baca juga : Perkawinan Politik Duryudana

“Tapi, yang ramai justru isu sponsorship dan membandingkan jumlah penonton, Mo,” celetuk Petruk, cengengesan. Romo Semar mesem tidak mau komentar banyak menanggapi kegalauan anaknya Petruk. Setelah kita sukses menggelar MotoGp di Mandalika dua bulan lalu, mestinya kita bangga dengan suksesnya event internasional Formula E ini. Bukan malah sebaliknya, rakyat dibenturkan dan terbelah untuk saling mencela kedua ajang sportainment tersebut.

Baca juga : Bangkit Bersama Pandawa

Kopi pahit dan pisang rebus dibiarkan dingin. Romo Semar kurang semangat untuk menyeruput kopi pahit buatan istrinya Dewi Kanestren. Kepulan asap rokok klobot menggoda Romo Semar untuk nimbrung komentar tentang perilaku para elite politik. Maraknya perilaku nggege mongso lan rumongso biso dalam memasuki tahun politik saat ini. Kebulatan tekad dan saling mendukung hampir terjadi di mana-mana. Romo Semar flashback ke zaman Mahabarata di mana padang Kurusetra terbelah dalam dua kekuatan besar. Yaitu kelompok penyuka dan pembenci. Kelompok penyuka atau lover melakukan hal-hal yang dinilai baik. Sedangkan hater akan terus membenci dan cenderung mencari kelemahan pihak lawan.

Baca juga : Makna Lebaran Dan Laburan

Kocap kacarito, Perang Baratayuda sudah memasuki hari kelima belas. Adipati Karna maju sebagai senopati dari pihak Kurawa. Sedangkan Arjuna mewakili Pandawa untuk menghadapi Adipati Karna. Kedua anak Dewi Kunti akhirnya bertemu dalam perang saudara untuk memperebutkan tahta Hastina dan Indraprasta. Sebagai saudara yang lebih muda, Arjuna turun kereta memberikan sembah dan hormat kepada Karna sebelum perang tanding. Arjuna menawarkan kepada Karna untuk mau bergabung kepada Pandawa. Tapi Karna justru menolak dengan keras. Menurut Karna keberadaannya di pihak Kurawa justru mendorong Duryudana berani maju ke medan perang. Dengan adanya Adipati Karna di pihak Kurawa berfungsi sebagai penyeimbang kekuatan Pandawa.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.