Dark/Light Mode

Rekrut Rektor Asing, Ide Ngawur!

Rabu, 7 Agustus 2019 12:41 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Dan membuat karya plagiat merupakan kejahatan paling serius dalam dunia pendidikan tinggi. Tidak bisa di- tolerir! Maka, aneh bin ajaib, ada sebuah PTN yang mengeluarkan peraturan bahwa mengutip karya orang lain sampai 30-40% diperbolehkan alias bukan plagiat. Ini peraturan edan, sekaligus menunjukkan betapa bobroknya kualitas PTN itu!

Memang tidak sedikit dosen kita yang punya tabiat melakukan plagiat. Mau kejar “cum”, skripsi mahasiswa yang dibimbingnya “ditembak” seolah karya tulisnya dengan mengganti nama mahasiswa yang bersangkutan. Saya pernah berdebat dengan kolega dosen.

Dia bersikeras itu bukan tindak plagiat, karena dalam proses bimbingan, dosen aktif memberikan arahan tentang permasalahan penelitian, metodologi dan teori yang dipakai. Jadi, kalau skripsi itu kemudian dimasukkan dalam jurnal dengan menggunakan 2 nama: dosen dan mahasiswa, itu bukan plagiat.

WRONG, pandangan ini. Dosen itu tidak pernah membaca artikel-artikel di Barat tentang apa itu plagiat. Dosen mau jadi Profesor pun ada yang melakukan plagiat dengan modus operandi sama mengambil-alih karya ilmiah mahasiswanya, diganti namanya, lalu dikirim ke jurnal.

Semua itu dilakukan tanpa sepengetahuan mahasiswanya, tentu. Universitas Indonesia salah satu perguruan negeri yang mengenakan sanksi SEBERATNYA terhadap dosen yang melakukan tindak kejahatan plagiat pola ini. Bagaimana dengan variabel mahasiswa?

Baca juga : Freeport Kucurkan 33 Juta Dolar untuk Bangun Pusat Olahraga PON 2020

Karakteristik utama mahasiswa Indonesia sudah bukan rahasia lagi:

(a) MALAS membaca, disuruh baca tidak mau. Koleksi buku di perpustakaan rata-rata sudah “kuno” alias ketinggalan ilmu.

(b) pengeta- huan bahasa Inggris mahasiswa 85% cuma berada ditingkat 250-400 untuk Toeflnya.

(c) suka nyontek atau plagiat. Di satu PTS tempat saya pernah ngajar, sekitar 30% mahasiswa nyontek waktu ujian. Ampun!

(d) Motivasi belajar rata-rata loyok. Kebiasaannya: pacaran, berleha-leha, main handphone atau merokok bagi yang pria.

Baca juga : Ekspansi Koalisi Durno

Yang perempuan, tidak sedikit yang jadi “PSK amatiran”. Free-xxx di kalangan mahasiswa/i sudah bukan rahasia lagi. Di satu PTS tempat saya mengajar, mahasiswa malam-malam bebas masuk ke kamar pacarnya di apartment, bawa buku-buku tebal, pura-pura mau belajar bersama.

Tengah malam, ia baru ke luar kamar. Dua sejoli berbeda jenis kelamin, berjam-jam berdua di kamar, apa betul belajar? Sebuah penelitian di Yogyakarta 2 (dua) tahun yang lalu membuahkan hasil yang mengejutkan: 50% siswa SMA sudah sering “pettxxx”.

Prosentase mahasiswa yang kumpul kexx juga tinggi. Bagaimana mahasiswa bisa kuliah serius dan meraih nilai tinggi kalau otaknya sudah “ngeres” ke ranah sex? Universitas berkualitas juga ditandai koleksi buku yang “aduhai”.

Meski e-book dan e-research semakin marak dan semakin populer, print-books tetap paling disukai mahasiswa dan dosen. Maka, perpustakaan universitas mana pun di Amerika yang saya kunjungi, koleksi bukunya luar biasa.

Perpustakaan selalu ramai dikunjungi mahasiswa sebab mahasiswa yang tidak banyak baca, mustahil bisa meraih nilai tinggi; apalagi jika sedang mempersiapkan thesis atau disertasi.

Baca juga : Sikap Oposisi Sumantri

Di Indonesia, koleksi buku di PTN-PTN kondang pun umumnya menyedihkan. Tempat tidak ada, anggaran tidak memadai, itu alasan klasik bagi pimpinan universitas. Sarana universitas tentu tidak terbatas buku saja.

Perangkat komputer/internet, ruang baca/ ruang studi, ruang kelas yang nyaman, ruang santai, kursi, meja dan lain-lain harus mendapat perhatian dari pimpinan.

Di banyak PTS kita, apalagi di daerah, meja dan kursi di kelas sangat tidak memadai. Sarana toilet juga “minta ampun” kenyamanannya. Semua itu karena tidak ada anggaran untuk menopangnya, begitu alasan klasik pimpinan jika kami tanyakan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :