Dark/Light Mode

Wilmuko Provokator Rekonsiliasi

Senin, 24 Juni 2019 10:56 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepercayaan sosial merupakan modal dasar perundingan di era ekonomi global. Demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Hong Kong pekan lalu tidak lepas dari tidak adanya kepercayaan sosial terhadap kebijaksanaan Tiongkok. Masyarakat Hong Kong khawatir, RUU Ekstradisi akan mengancam hak dan kemerdekaan mereka selama ini. 

Dengan disetujuinya proposal ekstradisi, orang yang berbuat kriminal di Hong Kong dapat diadili di Tiongkok. RUU ekstradisi dianggap sebagai strategi rezim komunis untuk menangkap orang yang tidak disukai dan pengkritik pemerintah. Di sisi lain bagi pendukung ekstradisi, perubahan ini diperlukan untuk mencegah Hong Kong menjadi pelabuhan bagi pelanggar hukum.

“Kepercayaan sosial menjadi factor  penting dalam proses rekonsiliasi, Mo,” celetuk Petruk. Romo Semar tahu ke mana arah pembicaraan yang dimaksud Petruk. Tapi Semar memilih tidak mau komentar untuk urusan rekonsiliasi capres cawapres sampai sekarang belum ada titik temunya. Semar memilih asyik menikmati “Kue Cucur” dan “Es Goyang” kuliner khas Betawi.

Baca juga : Pertarungan Sengkuni Dan Widura

Menyambut Milad hari jadi ke-492 Jakarta, kemarin, Romo Semar menerima kiriman makanan Betawi seperti; Sayur Besan, Kerak Telor dan Bir Pletok. Untuk urusan rekonsiliasi, Romo Semar “flash back” ke zaman perang Gojali Suto. Yaitu perangnya bapak dan anak antara Prabu Kresna melawan anaknya sendiri Boma Narakasuro.

Kocap kacarito, perebutan harta, tahta dan wanita dari dulu sudah menjadi pakem sumber permasalahan manusia. Kedua anak Kresna yakni Boma Narakosuro dan Raden Sombo saling rebutan wanita yaitu Dewi Hagnyanawati. Masalah menjadi pelik karena Hagnyanawati sudah diperistri oleh Boma. Raden Sombo main mata dengan dengan Hagnyanawati yang sudah diperistri kakaknya. Sombo ibaratnya pagar makan tanaman. Bukannya mendukung perkawinan kakaknya malah bermain api. 

Aib kerajaan sudah diketahui oleh Kresna. Sebagai orang tua Kresna menyarankan aib keluarga ini diselesaikan secara kekeluargaan. Sebagai anak yang lebih muda, Sombo diminta datang dan meminta maaf kepada Boma. Sombo menuruti apa yang menjadi titah Kresna. Sombo datang menghadap kakaknya Boma untuk minta maaf diantar Setyaki. Pertemuan Boma dan Sombo untuk saling memaafkan berjalan mulus. Orang yang melihat pertemuan tersebut mengucurkan air mata karena terharu. Kedua anak Kresna bisa menempuh jalan rekonsiliasi dan saling memaafkan. Bahkan Boma rela menceraikan Dewi Hagnyanawati untuk dikawinkan kepada Sombo. 

Baca juga : Begal Jamus Kalimasada

Permasalahan justru mulai timbul saat ajudan setia Boma Narakasuro yakni Wilmuko kurang sependapat dengan keputusan Boma. Wilmuko tidak rela Boma menyerahkan Hagnyanawati kepada Sombo. Menurutnya kehormatan laki-laki akan sirna kalau sampai sang istri dijamah oleh orang lain. Wilmuko memprovokasi Bomo untuk merebut kembali Dewi Hagnyanawati. Ucapan Wilmuko tersebut diulang-ulang dan membuat Boma naik pitam. 

Kemarahan Boma tidak bisa dibendung lagi, Sombo dihajar di alun-alun sampai tewas. Setyaki yang melihat perilaku Boma tidak terima dan menyerang balik Boma dan Wilmuka. Terjadilah pertempuran hebat antara pasukan Kresna dari kerajaan Dwarawati melawan pasukan Boma dari kerajaanTrajutrisna. Pertempuran bapak dan anak ini disebut perang Gojali Suto. Dan Prabu Boma Narakasuro akhirnya tewas oleh panah sakti Cakra Baskara milik Prabu Kresna. “Wilmuka merusak proses perdamaian Boma dan Sombo. 

Masalah yang sebenarnya sudah selesai jadi panjang,” celetuk Petruk. Perang antara Dwarawati dan Trajutrisna seharusnya tidak perlu terjadi kalau semua pihak bisa menahan diri. “Itulah pentingnya kepercayaan sosial dalam proses rekonsiliasi. Setidaknya ada tiga syarat untuk mencapai perdamaian,” papar Romo Semar.

Baca juga : Wejangan Begawan Kisowo Sidi

Pertama, adanya niat untuk rekonsiliasi demi kepentingan yang lebih besar. Kedua, memenuhi asas kepentingan terhadap pihak yang bersengketa. Dan terakhir, memiliki asas manfaat. Kalau ketiganya bisa dikomunikasikan dengan baik, maka rekonsiliasi antara Kresna dan Boma bisa berjalan mulus dan tidak perlu perang saudara. Oye. *** 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.