Dark/Light Mode

Rekonsolidasi Strategi Kebudayaan Nasional (42)

Pengalaman Jepang (1)

Sabtu, 28 Januari 2023 06:09 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Kekuatan-kekuatan tersebut ditambah lagi dengan tradisi inovatif-intelektual masyarakat Jepang yang memberi tempat kepada sistem kapitalisme ditandai dengan munculnya kekuatan-kekuatan ekonomi pasar, yang dalam bahasa Jepang lebih dikenal dengan istilah “Zaibatsu”.

Kemampuan pemerintah dan kekuatan-kekuatan sosial (NGO) mengadopsi potensi-potensi negerinya memudahkan negeri Tokugawa ini mampu mengelaborasi potensi pemerintah dan swasta untuk mengembangkan konsep “flaying geese paradigm” dalam tiga aspek utama yaitu: intra-industri, inter-industry, dan aspek internasional yang terkait dengan teori siklus produk (product cycle theory) yang banyak dikembangkan di dalam berbagai konsep pengelolaan industry Jepang.

Di Jepang terlihat adanya fenomena “westernisasi” di bidang ekonomi, politik, dan dalam hal tertentu dengan buaya lokal mereka.

Baca juga : Hawa Membumikan Manusia

Dunia Perguruan Tinggi Jepang juga memegang peranan penting di dalam pengembangan kebudayaan dan peradaban negeri ini. Kemampuan alih teknologi dan sintesa intelektual keilmuan mendorong lahirnya produk-produk teknologi unggulan.

Menariknya lagi, produk-produk unggulan tersebut pengembangannya tidak dimonopoli oleh negara atau segelintir pemilik modal, tetapi menjadi kekuatan home industry. Akibatnya masyarakat bisa menikmati konsep pemerataan ekonomi. Jarak antara hulu dan hilir, pemerintah dan sawasta, pusat dan daerah, dan kelompok usia muda dan kelompok usia tua, laki-laki dan perempuan sama-sama merasakan kebersamaan sebagai warga dan masyarakat Jepang.

Keberpihakan terhadap rakyat Jepang tetntu saja menjadi prioritas. Agak mirip dengan konsep yang diterapkan di negara-negara Skandinavia yang mengedepankan konsep kebahagiaan semesta bagi para warganya.

Baca juga : Keunggulan Substansi Hawa

Kebebasan berobat bagi warganya yang sakit dengan menerapkan konsep asuransi yang berkeadilan. Kebebasan putra-putri Jepang untuk mengakses dunia pendidikan sampai ke dunia perguruan tinggi, dengan fasilitas mamadai.

Universitas negeri dan swasta berkolaborasi satu sama lain sehingga tidak ada kesan marginal seperti pengalaman sejumlah negara lain. Perguruan tinggi negerinya yang diberikan dukungan penuh dan perguruan swasta dibiarkan membangun dirinya sendiri, sehingga lulusan perguruan tinggi swastanya terkesan nomor dua.

Bukan juga sebaliknya seperti di AS, perguruan tinggi swastanya mendominasi rating papan atas, sementara perguruan tinggi negerinya menjadi lulusan kelas dua.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.