Dark/Light Mode

Renungan Spiritual Bulan Rajab (7)

Berpuasa Bicara

Rabu, 8 Februari 2023 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Dalam hadis Nabi disebutkan: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasulnya maka hendaklah ia mengatakan yang benar atau lebih baik diam”. Nabi juga mengingatkan kita: “Sesungguhnya dosa yang paling banyak dilakukan oleh anak cucu Adam adalah pada lidahnya”. “Musibah itu terwakili melalui ucapan”. “Sesungguhnya dosa yang paling banyak dilakukan oleh anak cucu Adam adalah pada lidahnya”. “Barangsiapa yang banyak bicara, banyak juga kekeliruannya. Barangsiapa yang banyak kekeliruannya, banyak juga dosanya. Barangsiapa yang banyak dosanya, maka nerakalah yang paling tepat tempatnya”.

Di kalangan sufi, ada yang pernah mengatakan bahwa diam adalah keselamatan dan itulah yang esensial, sedang bicara adalah bukan esensial. Orang-orang masih memperselisihkan, mana yang lebih utama antara diam dan bicara.

Namun, yang lebih tepat adalah masingmasing antara diam dan bicara memiliki keutamaan dibandingkan dengan yang lain, tergan tung pada situasi dan kondisinya. Diam lebih utama dilakukan pada situasi dan kondisi tertentu, dan pada situasi lain, justru bicara lebih utama, tergantung situasinya.

Baca juga : Memahami Cara Kerja Takdir

Perlu juga ditegaskan di sini bahwa tidak selamanya diam itu baik. Adakalanya seseorang harus dan wajib bicara, terutama menyuarakan kebenaran, sebagaimana sabda Nabi: “Katakanlah kebenaran itu meskipun pahit”. Basyar al-Hafi pernah mengatakan: “Jika suatu pembicaraan membuatmu terkagum-kagum, maka sebaiknya anda diam saja. Dan jika diam justru membuatmu terkagumkagum, maka sebaiknya anda angkat bicara”.

Hal senada juga disampaikan Lukman kepada puteranya: “Jika bicara itu adalah perak, maka diam adalah emas. Sesungguhnya aku menyesali atas suatu ucapan berulangulang. Namun, aku tidak menyesali diam sekali pun. Abu Ali al Daqqaq juga pernah berkomentar: “Barangsiapa diam dari kebenaran, maka dia adalah setan bisu”. Dalam situasi lain, seseorang yang diminta untuk bicara harus bicara, terutama jika pembicaraan itu menda tangkan maslahat dan mencegah mudharat.

Sebagai contoh, jika seorang hamba berbicara mengenai sesuatu yang dapat menolongnya dan sesuatu yang mesti dia bicara, maka hal itu masih dikategorikan sebagai diam.

Baca juga : Anak Tangga Menuju Tuhan

Konon, Abu Hamzah alBaghdadi adalah seorang yang bagus bicaranya, lalu terdengar suara memanggilnya: “Engkau berbicara dan bicaramu bagus, sekarang tiggallah engkau diam sehingga engkau menjadi bagus.

Setelah itu, ia tidak pernah lagi bicara hingga wafatnya. Terkadang sikap diam bagi seseorang merupakan suatu etika baginya, sebab dengan berbicara, justru ia merusak etikanya sendiri, atau dalam sebuah majelis tersebut terdapat seorang yang lebih patut berbicara, atau terdapat manusia dan jin yang tidak menjadi pendengar terhadap pembicaraan itu, dengan sikap diam seperti ini, maka Allah akan memeliharanya.

Sebagian ulama mengatakan: “Manusia diciptakan dengan hanya satu lidah, dan dua mata dan dua telinga adalah agar ia melihat dan mendengar lebih banyak dari pada berbicara.” ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.