Dark/Light Mode

Membaca Ulang Al-Quran (17):

Pendekatan Hermeneutika (2)

Sabtu, 8 April 2023 07:20 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Bandingkan dengan hermeneutika lebih banyak terkonsentrasi pada kajian-kajian yang bersifat antroposentrisme, lebih mengandalkan analisis semantic, semiotic, filologi, dan ilmu-ilmu ilmu-ilmu social lainnya. Dengan demikian, pendekatan hermeneutika memiliki beberapa kelemahan mendasar, antara lain taks yang tadinya muhkamat bisa menjadi mutasyabihat, ushul bisa menjadi furu’, dhawabit bisa menjadi mutagayyirat, qath’i bisa menjadi dhanni, ma’lum bisa menjadi majhul, ijma’ bisa menjadi ikhtilaf, mutawatir bisa menjadi ahad, dan yaqin bisa menjadi dhann atau syak. Kelemahan yang paling mendasar metode ini ialah desakralisasi wahyu sebagai prasyarat untuk penerapan metode hermeneutika. Di sinilah letak kontroversi paling mendasar metode ini

Namun demikian, pendekatan hermeneutika juga memiliki hal-hal yang positif dan dapat dipertimbangkan bagi para pengkaji teks Al-Qur’an, antara lain metode hermeneutika dapat melahirkan makna aktual sebuah teks, meskipun dengan cara ta’wil juga bisa menemukan hal yang sama, bisa mendekatkan teks dengan para pembaca, mengeliminir mistikasi penafsiran kitab suci, dan secara umum bisa melahirkan pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an lebih terukur dan lentur dengan zaman.

Baca juga : Pendekatan Hermeneutika (1)

Dalam tradisi ‘Ulum Al-Qur’an dikenal dua istilah yaitu mufassir dan mufahhim. Mufassir ialah seorang yang berusaha menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan metodologi khusus. Menurut Al-Suyuti dalam Al-Itqan seorang mufassir harus menguasai 13 ilmu tafsir, yaitu Ilmu Nahwu, Sharaf, Istishqaq, Bayan, Badi’, Asbab al-Nuzul, Qishah, Nasikh wa al-Mansukh, Fiqh, Ushul Fiqh, dan Sushul al-Din.

Sedangkan mufahhim ialah orang yang yang berusaha memahi Al-Qur’an tanpa terikat dengan 12 standar ‘Ulum Al-Qur’an. Mungkin ada orang tidak menguasai ilmu-ilmu alat tafsir tetapi mempunyai kemampuan khusus, maka itulah yang disebut mufahhami. Perbedaannya ialah karya mufassir bisa menjadi rujukan (legitimed) terbuka, sedangkan karya mufahhim kurang legitimed dan hanya digunakan untuk lingkungan terbatas.

Baca juga : Berbagai Perspektif Pemahaman Al-Qur’an

Meskipun di atas diuraikan perbedaan mendasar antara pendekatan hermeneutika dan ilmu tafsir tetapi keduanya memiliki titik persinggungan, antara lain pentingnya memahami Asbab al-nuzul dan Asbab al-wurud (historical backgroud), Ta’wil, Analisis Mufradat, Maqashid al-Syari’ah, Mafhum dan Manthuq, Tarikh al-tasyri’, Ilmu Balagah (Bayan, Badi’, dan Ma’ani), dan Kaedah-kaedah linguistik bahasa Arab. (Bersambung)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.