Dark/Light Mode

Perang Rusia Vs Ukraina, Perspektif Intelijen Strategis Februari-September 2022

Rabu, 26 Juli 2023 06:46 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Nah, semua fakta sejarah ini, tampaknya, kurang mendapat analisis dalam buku yang sebetulnya bagus dan cukup komprensif ini; semata-mata karena perang yang digambarkan dalam buku ini terutama diteropong menurut aspek intelijen strategis.

Pada saat ini, perang sulit diakhiri, karena Putin merasa akan kehilangan pride (harga diri) yang besar jika ia harus mundur dari peperangan, menurut keyakinan Dr. Connie Rahakundini, analisis masalah perhanan/keamanan yang tajam, tapi adakah kemungkinan pecah perang nuklir apalagi perang dunia sebagai akibat perang Rusia-Ukraina, analisis BAIS, kecuali kemungkinan itu. Putin juga mungkin sudah lelah karena korban yang jatuh di pihak Rusia dan senjatanya yang hancur tidak terbilang kecil. Rakyat Rusia diam-diam juga tidak senang pada Putin akibat perang yang berkepanjangan ini.

Baca juga : PSSI Harus Berantas Judi Bola

Belum lama ini terbetik berita meletusnya semacam “pemberontakan” dari tentara Putin untuk melawan kepemimpinan Putin. Di sisi lain, NATO pimpinan AS juga enggak berani melawan Rusia dengan membanjiri persenjataannya kepada Ukraina karena dia bukan pemimpin tipe hawk”seperti pendahulunya, Donald Trump. Ia enggak berani mengambil keputusan “hawk” untuk menggempur Rusia habis-habisan. Semua orang tahu tabiat Vladimir Putin yang puluhan tahun jadi agen-agen KGB, tabiatnya: berani dan nekad. Tapi menurut Ibu Connie dan Gubernur Lemhannas dalam pertemuannya yang eksklusif dengan Putin mendapat kesan bahwa Putin tidak mau atau tidak berani meluncurkan nuklirnya ke arah NATO, khususnya jika perang mencapai eskalasi lebih tinggi.

Untuk sementara, peperangan berlangsung dead-lock; maju tidak mundur pun tidak. Putin misalnya tidak mau / atau tidak tega menutup perairan sangat penting di Ukraina karena akibat fatal bagi ekonomi Ukraina jika ia tutup totol.

Baca juga : Pejabat Tinggi Hindarilah Cacat Moral

Masalahnya, perang Rusia-Ukraina berakibat banyak negara – termasuk Indonesia – yang kena getahnya di sektor ekonomi. Jangan lupa Rusia negara produsen minyak terbesar di dunia. Guncang-guncang akibat peperangan ini juga membuat harga pupuk dan pangan membubung, negara kita jadi korban.

Idealnya, PBB bisa menjadi pendamai yang efektif untuk menghentikan perang Rusia-Ukraina. Sayang, PBB tampaknya sudah kehilangan wibawa, kerapkali lembaga dunia ini dituding “antek” Amerika Serikat. Maka, beberapa kali Sekjen PBB bertemu Putin dan Zelenzki, hasilnya hampa.

Baca juga : Tidak Ada Kejutan Di Puncak Peringatan Hari Bung Karno

Buku yang diterbitkan oleh BAIS TNI, menurut hemat kami sangat bagus, cukup komprehensif peneropongan masalah maupun analisisnya karena mendapat bantuan dari pimpinan Lemhannas. Mungkin narasumber yang dipakai kurang kuat. Seyogianya, beberapa eks. Duta Besar kita terutama di Rusia dan Ukraina dimintakan pendapatnya juga.

Tapi kita harus angkat jempol pada Pimpinan BAIS dan Panglima TNI yang berani mengambil keputusan menyusun buku ini yang kuat dengan nuansa intelijen strategis, ranah yang sebetulnya tertutup untuk masyarakat umum.    

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.