Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Inacraft On October Dongkrak Industri Kerajinan Indonesia Tembus Peringkat Ke-15 Dunia
- Gandeng Asephi, Menteri Teten Berantas Produk Impor Yang Rugikan UMKM Lokal
- 168 WNI Terancam Hukuman Mati, Didominasi Kasus Narkoba, Terbanyak Di Malaysia
- Duh, Beregu Putra-Putri Bulutangkis Langsung Tumbang Di Asian Games
- GoTo Dan KCI Kolaborasi, Rilis Fitur GoRide Transit
Teologi Lingkungan Hidup (6)
Fenomena New Consciousnes (2)
Selasa, 19 September 2023 06:10 WIB

Nasaruddin Umar
Tausiah Politik
Tausiah Politik
RM.id Rakyat Merdeka - Kini dunia seolah menyesal. Alam semesta yang tadinya begitu bersahabat dengan manusia kini saling mengancam dan bahkan saling menghancurkan satu sama lain.
Kini sudah saatnya orang perlu melaksanakan konsorsiom tentang keselamatan dan kehormonisan antara manusia, alam, dan semesta.
Baca juga : Alur Berfikir Logos
Namun sangat disayangkan dunia Barat sudah terlanjur melakukan eksplotasi yang cenderung melampaui batas. Kini sudah saatnya kita membangkitkan kesadaran baru (new consciousnes) di dalam dunia intelektual dan dunia akademik, terutama untuk sesegera mungkin mengevaluasi kurikulum yang lebih efektif dan efisien.
Kekeliruan dunia barat di dalam zaman revolusiner (enlightenment) saat itu ialah terlalu berat mendukung kalangan ilmuan sekuler yang menggunakan dunia logos.
Baca juga : Alur Berfikir Mitos
Alam betul-betul alam semesta dipersepsikan sebagai benda-benda padat yang sama sekali terpisah dan tidak ada hungannya dengan kehidupan manusia. Manusia diposisikan sebagai subyek dan alam semesta sebagai obyek. Sementara di dunia Timur menganggap dunia ini tidak perlu digoda untuk meniru peradaban barat terhadap alam semesta.
Menurut Armstrong dalam karyanya The Sacred Nature, para pemikir barat, seperti John Duns Scotus (1265-1308), bisa disebut filsuf pertama yang mengembangkan teologi rasional yang nyaris saintifik. Sebagai akibatnya, di dunia Kristen Barat, mulai menggangap Tuhan sebagai suatu makhluk lain meskipun dari jenis yang lebih tinggi yang terpisah dari “Wujud itu Sendiri”.
Baca juga : Antara Logos Dan Mitos (2)
Agak mirip dengan Filusuf Inggris, Francis Bacon (1561-1626), yang berpendapat manusia bisa menemukan hukum-hukum yang mengatur kekuatan-kekuatan ini dan nantinya akan mampu mengeksploitasi alam untuk kepentingan mereka sendiri. Bagi Bacon, pengetahuan adalah kekuasaan. Tuhan telah memberikan manusia perintah yang jelas untuk memenuhi bumi dan menaklukkannya.
Mereka harus mengendalikan dan menundukkan bumi seperti yang telah diperintahkan Tuhan. Alam bukan lagi sebagai teofani, penyingkapan Sang Ilahi tetapi alam adalah komoditas yang harus dieksploitasi.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya