Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (20)

Relasi Tuhan dan Alam: Keberadaan Tuhan (2): Perspektif Islam (2)

Kamis, 5 Oktober 2023 06:12 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Secara literal kata al-jawahir (jamak dari al-jauhar) berarti menyatu di dalam inti substansi (al-’ain al-jauhar) yang biasa juga disebut dengan haqiqat jauhar (al-haqiqah al-jauhar), al-Nafas al-Rahmani (The Breath of the Merciful) atau al-Hayula al-Kulliyyah (The Universal Prime Matter). Al-’ain al-jauhar itu sendiri merupakan lokus pengejawentahan (mazhar) ­bagi Zat Ilahi, yang mana juga merupakan pusat manifestasi nama-nama indah Tuhan (al-Asma al-Husna’lthe beautiful nimes).

Jauhar dan ‘aradh  menurut para filsuf merupakan dua struktur entitas yang berbeda walaupun keduanya sulit untuk dipisahkan. Sedangkan menurut kalangan sufi ‘aradh dan jauhar bukanlah merupakan dua entits yang berbeda tetapi yang satu merupakan hakikat dan lainnya merupakan manifestasi, ­seperti Allah sebagai hakekat wujud (al-Haqiqah al-Wujud) kemudian memunculkan manifestasi ­(madhhar).

Baca juga : Relasi Tuhan dan Alam: Keberadaan Tuhan 1: Perspektif Islam 1

Antara Hakekat Wujud dengan wujud-wujud (a’yan) yang mewujudkan diri-Nya, walaupun keduanya berbeda tetapi tidak bisa di­pisahkan satu sama lain. Ibaratnya ­antara laut dan ombaknya, api dan ­panasnya, matahari dan cahaya­nya; keduanya bisa dibedakan ­tetapi tidak bisa dipisahkan.

Dari segi ini seorang sufi pernah menyatakan: Tak seorangpun menegaskan keesaan Zat Mahaesa, sebab semua orang yang menegaskan-Nya sesungguhnya mengingkari-Nya. Tauhid orang yang melukiskan-Nya hanyalah pinjaman, tak diterima oleh zat Mahaesa. Tauhid atas diri-Nya adalah tauhid-Nya. Orang yang melukiskan-Nya sungguh telah sesat”.

Baca juga : Asal-Usul Alam Semesta: Antara Tajalli Dan Panteisme

Secara sufistik memang tidak ada artinya kita bicara tentang apapun dan siapapun tanpa berbicara dengan Tuhan, karena segala sesuatu adalah manifestasi atau tajalli-Nya. Pernyataan tersebut di atas tidak bisa disebut penyatuan wujud antara Tuhan dengan makhluk (al-wahdatul al-wujud) atau penyatuan dua entitas berbeda tetapi satu dalam penyaksian (al-wahdah al-syhud).

Dalam pandangan ini, sesungguhnya tidak pernah terjadi wujud berganda (the real many). Yang ada sesungguhnya adalah ketunggalan wujud (the real one). Yang kelihatan banyak sesungguhnya hanyalah wujud-wujud kamuflase (Al-mumkin al-wujud).

Baca juga : Asal Usul Alam Semesta: Antara Tajalli dan Tajafi

Benda dan bayangannya di cermin kelihatannya dua atau lebih entitas tetapi sesungguhnya tetap satu, yaitu pemilik wujud mutlak (al-muthlaq al-wujud). Dari segi inilah para sufi sangat berhati-hati memusyrikkan se­seorang, karena mereka memahami apa dan siapa sesungguhnya yang selama ini dipersepsikan seabgai makhluk.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.