Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (68), Pandangan Kosmologi Islam (5)

Doktrin Trilogi: Antara Ibn ’Arabi dan Plotinus

Senin, 27 November 2023 06:10 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Ibn ’Arabi yang bernama lengkap Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah Hatimi at-Ta’i, lahir di Mursia, Al-Andalusia (Spanyol) pada 17 Ramadan 560 H (28 Juli 1165 M/5 Agustus 1165 M dan wafat pada tahun 1240. Ia wafat di Damaskus dalam usia 78 tahun qomariah pada 20 Rabi’ul Akhir 638 H (usia 75 tahun syamsiah, 8 November 1240).

Jenazahnya dikebumikan di pemakaman Banu Zaki, pemakaman keluarga salah satu bangsawan Damaskus, di bukit Qashiyun, Salihiyya, Damaskus.

Baca juga : Doktrin Trilogi: Antara Tajalli dan Pantheisme

Ia seorang ahli teosofi terkemuka dengan karyanya di atas 850 kitab, termasuk yang paling monumental ialah ­Fushush al-Hikam dan Futuhat ­al-Makkiyyah (4 jilid). Kitab yang terakhir ini merupakan kompendium studi Islam yang mencakup ontologi, kosmologi, hagiologi, tafsir, ­fiqih dan disiplin keilmuan lainnya.

Ibn ‘Arabi mengembangkan pemikiran Wahdatul Wujud, yang memandang Tuhan sebagai satu Wujud Mutlak, tak terbatas, Qadim, dan abadi, serta menjadi sumber dari segala sesuatu yang pernah ada, yang sedang ada, dan yang akan ada. Segala sesuatu itu mengambil bentuk acosmism (alam semu, karena keberadaannya hanya semu [mumkinul wujud], hanya bayang-bayang dari Yang Maha Ada di baliknya.

Baca juga : Doktrin Trilogi: Alam, Manusia, dan Tuhan

Segala sesuatu yang ada tidak lain adalah manifestasi atau tajalli Allah SWT, namun keberadaannya hanya semu (al-khalq), makanya itu disebutnya sebagai  wujud relative (mumkinul wujud), yang mengingatkan kita tentang konsep “maya” dalam agama Hindu, yang meng­anggap keberadaan alam ini antara ada dan tiada.

Konsep wahdatul wujud da­lam perspektif Ibn ‘Arabi tidak sama dengan faham Pantheisme yang menganggap alam semesta ini adalah emanasi atau tumpahan Tuhan, sehingga ala mini menjadi Tuhan dan ­dengan sendirinya ala mini akan abadi, karena ala mini sesungguhnya tidak lain adalah Tuhan yang meng­ambil wujud dan zat Tuhan.

Baca juga : Antara Langit (Celestial) dan Bumi (Terrestrial)

Wahdatul Wujud meng­anggap alam ini bukan Tuhan secara langsung tetapi hanya bayangan (tajalli) Tuhan. Berbeda dengan Pantheisme yang menganggap alam ini adalah Sang Tuhan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.