Dark/Light Mode
- Turun Rp 11.000, Harga Emas Dibanderol Rp 1.343.000 Per Gram
- Akhir Pekan, Rupiah Melemah Ke Rp 15.985 Per Dolar AS
- Indra Karya Jempolin Manfaat Bendungan Multifungsi Ameroro Di Sulteng
- Pertamina EP Pertahankan Kinerja Positif Keuangan Tahun Buku 2023
- PGN Saka Kantongi Perpanjangan Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas
Teologi Lingkungan Hidup (68), Pandangan Kosmologi Islam (5)
Doktrin Trilogi: Antara Ibn ’Arabi dan Plotinus
RM.id Rakyat Merdeka - Ibn ’Arabi yang bernama lengkap Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah Hatimi at-Ta’i, lahir di Mursia, Al-Andalusia (Spanyol) pada 17 Ramadan 560 H (28 Juli 1165 M/5 Agustus 1165 M dan wafat pada tahun 1240. Ia wafat di Damaskus dalam usia 78 tahun qomariah pada 20 Rabi’ul Akhir 638 H (usia 75 tahun syamsiah, 8 November 1240).
Jenazahnya dikebumikan di pemakaman Banu Zaki, pemakaman keluarga salah satu bangsawan Damaskus, di bukit Qashiyun, Salihiyya, Damaskus.
Baca juga : Doktrin Trilogi: Antara Tajalli dan Pantheisme
Ia seorang ahli teosofi terkemuka dengan karyanya di atas 850 kitab, termasuk yang paling monumental ialah Fushush al-Hikam dan Futuhat al-Makkiyyah (4 jilid). Kitab yang terakhir ini merupakan kompendium studi Islam yang mencakup ontologi, kosmologi, hagiologi, tafsir, fiqih dan disiplin keilmuan lainnya.
Ibn ‘Arabi mengembangkan pemikiran Wahdatul Wujud, yang memandang Tuhan sebagai satu Wujud Mutlak, tak terbatas, Qadim, dan abadi, serta menjadi sumber dari segala sesuatu yang pernah ada, yang sedang ada, dan yang akan ada. Segala sesuatu itu mengambil bentuk acosmism (alam semu, karena keberadaannya hanya semu [mumkinul wujud], hanya bayang-bayang dari Yang Maha Ada di baliknya.
Baca juga : Doktrin Trilogi: Alam, Manusia, dan Tuhan
Segala sesuatu yang ada tidak lain adalah manifestasi atau tajalli Allah SWT, namun keberadaannya hanya semu (al-khalq), makanya itu disebutnya sebagai wujud relative (mumkinul wujud), yang mengingatkan kita tentang konsep “maya” dalam agama Hindu, yang menganggap keberadaan alam ini antara ada dan tiada.
Konsep wahdatul wujud dalam perspektif Ibn ‘Arabi tidak sama dengan faham Pantheisme yang menganggap alam semesta ini adalah emanasi atau tumpahan Tuhan, sehingga ala mini menjadi Tuhan dan dengan sendirinya ala mini akan abadi, karena ala mini sesungguhnya tidak lain adalah Tuhan yang mengambil wujud dan zat Tuhan.
Baca juga : Antara Langit (Celestial) dan Bumi (Terrestrial)
Wahdatul Wujud menganggap alam ini bukan Tuhan secara langsung tetapi hanya bayangan (tajalli) Tuhan. Berbeda dengan Pantheisme yang menganggap alam ini adalah Sang Tuhan.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.