Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (58)

Belajar dari Kosmologi Budha (2)

Senin, 13 November 2023 05:44 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Konsep kosmologi agama Budha formatnya tidak berbeda jauh berbeda dengan agama-­agama lain, khususnya agama-agama yang berada di bawah Abarahamic Religion, seperti Yahudi, Kristen, dan Islam, termasuk agama Hindu. Kosmologi agama Budha Dalam kitab Sutta Pitaka, Udana VIII dijelaskan bahwa keutuhan realitas dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam, subyek yang dipersepsikan se­bagai Tuhan sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelma­kan, tidak diciptakan, tetapi keberadaanya maha mutlak.

Kemahaesaannya tanpa “aku” (anatta), tidak dapat dipersonifikasikan, dan tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Keberadaannya tidak berkondisi (asankhata). Berbeda dengan makhluk seperti manusia berkondisi (sankhata).

Manusia yang berusaha untuk mencapai puncak kebebasan dari lingkaran hidup yang penuh kesesnaraan (samsara), harus aktif menjalan­kan meditasi, yaitu perenungan suci atau kontemplasi terhadap hakekat alam semesta.

Baca juga : Belajar dari Kosmologi Budha (1)

Dalam kitab suci Tipitaka dijelaskan bahwa ketuhaanan dan asal-usul alam semesta dan manusia serta penyelama­tan diri manusia lebih bersifat non-theistic, yaitu tidak mene­kankan keberadaan Tuhan sang pencipta atau bergan­tung kepada-Nya tetapi bagai­mana mengejah­wentahkan sifat-­sifat ­buddhisme.

Budha ­Gautama sendiri juga tidak dilukiskan sebagai Tuhan tetapi sebagai pembim­bing atau guru yang menunjuk­kan jalan ­menuju nirwana. Budha ­Gautama sen­diri jarang menye­but kata Tuhan tetapi lebih menekankan pentingnya kesucian prilaku di dalam menja­lani kehidupan.

Kesucian perilaku dalam agama Budha diukur seberapa dekat seseorang menjalani kehidupan harmonis ­dengan alam semesta. Bagi ­agama Budha sesungguhnya tidak diperkenalkan adanya benda mati. Semua memiliki “ke­kuatan” hidup dan menghidupkan.

Baca juga : Belajar dari Kosmologi Hindu (4)

Dengan demikian segala sesuatu memiliki kecerdasan dan emosi. Karena itu, persahabatan dengan alam semesta dalam agama Budha menjadi amat penting.

Mungkin dari segi ini ka­langan ahli perbandingan agama ada yang melihat agama Budha lebih menonjol sebagai ajaran moral belaka. Bahkan se­jumlah khutbah Budha Gautama ­cenderung penyembahan kepada banyak Tuhan atau dewa-dewi membebani kebebasan manusia, meskpun pada sisi lain ia masih memberikan pengakuan terhadap Brahma sebagai Tuhan.

Budha Gautama pernah ­menyatakan bahwa biarkan Tuhan menjadi pencipta segala sesuatu, tetapi manusia harus memelihara kesucian ciptaan Tuhan. Ke­sempurnaan kesucian itulah inti ketuhanan dan kesucian itu harus ada pada setiap manusia.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.