Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (83)

Fenomena New Consciousness di Baat (1)

Kamis, 14 Desember 2023 06:10 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Dekade terakhir ini muncul sebuah fenomena menarik dari kalangan ilmuan Barat tentang alam semesta. Mereka menyimpulkan bahwa ternyata alam semesta ini semuanya hidup, dengan kata lain tidak ada yang bisa disebut benda mati. Seorang antropolog Amerika, David Abram, dalam karya kontroversinya “The Spell of the Sensuous: Percep­tion and Language in a More than Human World”, meya­kini bahwa alam semesta ini secara keseluruhan adalah benda hidup. David Abram menghabiskan banyak waktunya melakukan penelitian di Indonesia dan Nepal berpendapat bahwa Masyarakat adat jauh lebih maju persepsinya tentang alam semesta dibandingkan dengan orang Barat modern. Melalui konsep persahabatan dengan alam semesta, mereka berhasil membuka tabir rahasia alam semesta sehingga mereka lebih mudah mendapatkan kebaikan dari alam semesta. Mereka tidak perlu menggunakan laboratorium atau teknologi modern untuk memahami seluk beluk alam semesta karena alam semesta itu sendiri membukakan rahasianya kepada mereka. Mereka dengan mudah dapat bercocok tanam dan membudidayakan alam untuk kese­jahteraan hidupnya. Mereka cukup mencium bau tanah dan bau bibit untuk mengetahui apakah bibit itu cocok di tanam di tempat itu atau tidak. Berbeda dengan orang-orang Barat modern harus menggunakan laboratorium canggih untuk memahami struktur tanah tempat bibit itu akan ditanam. Itupun kadang-kadang tidak berhasil.

Baca juga : Antropokosmisme vs Antroposentrisme

Antropolog Perancis, Lucien Levy-Bruhl dalam bu­kunya “How Natives Think” juga berpendapat bahwa masyarakat adat tradisional lembih mudah memahami karakter alam semesta karena mereka lebih mengandalkan otak kanan, yang lebih emosional di dalam memandang alam raya. Berbeda dengan orang-orang Barat modern memandang alam semesta ini dengan mengandalkan otak kiri, sehingga mereka lebih rasional dan fragmatis. Logika masyarakat adat tradisional tidak hanya memandang manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang memiliki hidup, tetapi juga benda-benda yang “tidak bergera” seperti batu, tanah, dan air juga memiliki hidup. Mereka juga memiliki emosi dan Masyarakat adat tradisional berhasil menjalin hubungan emosional dengan mereka, sehingga alam semesta bisa proaktif memberikan manfaat kepada mereka.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.