Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (115)

Resakralisasi Alam Semesta: Mengembalikan Kesakralan Alam Semesta

Minggu, 21 Januari 2024 05:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Dalam ayat lain Allah Swt ­juga menunjukkan adanya sebuah Lembah suci yang sakral. Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, se­sungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S. al-Qashshah/28:30). Lembah suci tersebut Nabi Musa diminta untuk membuka Sepatu untuk memasukinya sebagaimana dinyatakan dalam ayat: Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; se­sungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. (Q.S. Thaha/20:12).

Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta: Awal Desakralisasi Alam Semesta (2)

Selain tempat-tempat tersebut juga masjid dianggap sakral karena dinggap rumah Tuhan. Nabi meminta kepada siapa pun yang masuk ke dalam masjid hendaknya tidak duduk sebelum melaksanakan shalat Tahiyyah al-Masjid (penghormatan terhadap masjid). Ini semua membuktikan bahwa alam ini juga harus diperlakukan sebagai sesuatu yang sakral sebagaimana halnya manusia. Jika manusia dan alam semesta saling menghormati satu sama lain maka kehidupan di dalam alam semesta bukan hanya harmonis tetapi lebih langgeng.

Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta: Awal Desakralisasi Alam Semesta (1)

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak edisi Minggu, 21 Januari 2024 dengan judul "Teologi Lingkungan Hidup (115), Resakralisasi Alam Semesta: Mengembalikan Kesakralan Alam Semesta"

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.