Dark/Light Mode

7 Tips Antisipasi MERS CoV Yang Merebak Di Arab Saudi Jelang Musim Haji

Selasa, 14 Mei 2024 14:12 WIB
Prof. Tjandra Yoga
Prof. Tjandra Yoga
Pemerhati Kesehatan

RM.id  Rakyat Merdeka - Jemaah haji kita sudah mulai berangkat ke Tanah Suci, sebagaimana berita Rakyat Merdeka di RM.id, Minggu (12/5) yang berjudul "Jemaah Haji Kloter Pertama Tiba di Tanah Suci”. 

Kita patut mengetahui bahwa pada 8 Mei 2024, beberapa hari menjelang keberangkatan kloter pertama jamaah Haji kita, WHO melaporkan Disease Outbreak News tentang kasus tiga kasus MERS CoV di Arab Saudi sampai April 2024, satu di antaranya meninggal. 

Penularan dari kasus pertama ke dua kasus lainnya nampaknya terjadi di Rumah Sakit, healthcare-associated, walaupun tentu masih perlu penelitian epidemiologik lebih lanjut, termasuk secara genomik pula.

Kasus pertama, yang dalam istilah kesehatan masyarakat disebut indeks kasus adalah seorang guru, 56 tahun, tinggal di Riyadh. 

Pada 29 Maret dia mulai demam dan batuk. Ia masuk Instalasi Gawat darurat (IGD) pada 4 April, lalu masuk bangsal, dan 6 April masuk ruang isolasi di Intensive Care Unit (ICU), dilanjutkan dengan pasien di intubasi yakni memasukkan pipa untuk napas ke tenggorokan. Hasil PCR positif MERS-CoV. Tanggal 7 April pasien meninggal dunia.

Kasus kedua, dirawat di bangsal bersama-sama dengan kasus pertama pada 4 April, dan tampaknya tertular disana. 

Dua hari kemudian, pada 6 April, kasus ke dua ini juga hasil PCR positif MERS-CoV. Sementara itu kasus ketiga, pensiunan militer, ada di IGD bersama-sama ketika kasus pertama masuk IGD pula, dan kembali nampaknya tertular di sana. Kasus ketiga ini juga PCR positif MERS-CoV. 

Kasus kedua dan ketiga ini juga kasusnya memberat, di intubasi dan dirawat di ICU. Kementerian Kesehatan Arab Saudi lalu melakukan pemeriksaan pada 27 petugas kesehatan yang kontak dengan kasus-kasus ini, dan sejauh ini semuanya sehat dan PCR  positif MERS-CoV.

Perlu diketahui bahwa MERS CoV adalah kepanjangan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Dari namanya, maka penyakit ini memang bermula dari kawasan Timur Tengah. 

Baca juga : Tekan Emisi Gas, Saatnya Kembangkan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan

Dari namanya, respiratory syndrome adalah penyakit yang menyerang paru dan penapasan, sama seperti Covid-19. Penyebabnya juga virus Corona, sama dengan Covid-19 walaupun jenisnya tentu berbeda. Jadi bagaimanapun tentu kita harus amat waspada.

Saya adalah satu dari 17 anggota Emergency Committe MERS CoV pada waktu penyakit ini pertama kali merebak di tahun 2013, 2014 dan 2015. 

Pada waktu itu kami pakar kesehatan dari berbagai negara yang ditunjuk oleh WHO mengkaji mendalam mulainya merebak penyakit ini, mulai dari jazirah Arab dan kemudian menyebar juga ke Asia. 

Ketika 2015 itu saya melaporkan bahwa jumlah kasus MERS CoV di Korea Selatan memang melewati batas psikologis 100 orang, yaitu 108 orang dan sembilan diantaranya meninggal dunia, sehingga terjadi kepanikan ketika itu. 

Jumlah orang yang dikarantina di Korea juga cukup banyak, sampai 3.439 orang. Kejadian merebaknya kasus di Korea Selatan pada 2015 ini juga terjadi akibat penularan di rumah sakit di sana. 

Kasus pertama Korea Selatan ketika itu adalah seorang pria yang pada 18-29 April 2015 pergi ke Bahrain, lalu pada 29-30 April 2015 sempat singgah di Uni Emirat Arab. 

Selanjutnya, 30 April - 1 Mei 2015 kembali lagi ke Bahrain kemudian pada 1-2 Mei ke Arab Saudi. Ia kembali lagi ke Bahrain, dan pada 2- 3 Mei 2015 di Qatar. 

Kasus ini tiba di bandara Internasional Incheon Seoul via Qatar pada 4 Mei, tanpa keluhan. Gejala awal, seperti demam dan batuk, baru timbul pada 11 Mei. Lelaki itu lalu berobat ke beberapa klinik. Hasil pemeriksaan laboratorium menyebutkan bahwa pasien positif terinfeksi MERS CoV pada 20 Mei 2015. 

Kasus kedua di Korea Selatan adalah perempuan 64 tahun. Dia adalah istri dari kasus indeks. Dia merawat suaminya selama sakit. 

Baca juga : 5 Tips Atasi Kendaraan Mogok Di Jalan, Jangan Lupa Bawa Jump Starter

Kasus ketiga terjadi pada laki-laki 76 tahun. Pria itu kebetulan dirawat inap di satu kamar dengan kasus indeks sebelum pasien ditempatkan di ruang isolasi, dan demikian selanjutnya. 

Selain Korea Selatan maka Malaysia dan Filipina juga pernah ada kasus MERS CoV pada tahun 2014. Bahkan, kematian pertama akibat MERS CoV terjadi di negara tetangga kita Malaysia pada April 2014, pada jamaah yang baru kembali dari Arab Saudi.

Kita tentu amat berharap agar tiga kasus baru di Arab Saudi ini tidak makin meluas, apalagi jamah kita sudah mulai tiba di Tanah Suci. Meskipun tentu di kota Mekkah dan Madinah serta bukan di Riyadh. 

Tetapi pemerintah setempat perlu menjaga agar kasus di kota Riyadh jangan sampai merebak ke kota-kota dimana jemaah haji datang dan berkumpul.

Untuk jemaah haji, setidaknya ada tujuh hal yang perlu jadi perhatian:

Pertama, seringlah cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, selama setidaknya 20 detik. Kedua, akan baik kalau menggunakan masker ditengah kerumunan, terutama kalau badan tidak fit. 

Ketiga, jangan kontak dengan unta dan jangan berdekatan dengan unta. Jangan minum susu unta mentah dan tidak perlu jalan-jalan ke peternakan unta.

Keempat, kalau ada keluhan paru dan pernapasan maka segera berkonsultasi ke petugas kesehatan haji di kloter masing-masing dan bila diperlukan berobatlah ke Balai Pengobatan Haji Indonesia di Jeddah, Mekkah dan Madinah.

Dalam hal ini, kita berharap para petugas kesehatan kita sudah dibekali pengetahuan dan keterampilan menangani kasus MERS CoV, kalau-kalau kasusnya memang akan ada. 

Baca juga : Hima Persis Apresiasi Pemerintah & Polri Tangani Mudik Lebaran dengan Baik

Kelima, karena sejauh ini penularan di Riyadh nampaknya terjadi di rumah sakit maka kalau jemaah Haji kita harus berobat ke Rumah Sakit Arab Saudi maka harus tetap menjaga kebersihan, hindari kerumunan dan jangan banyak menyentuh barang-barang yang tidak diperlukan. 

Keenam, yang utama bagi jamaah tentu melakukan ibadah, jadi prioritaskan hari-hari kegiatan di masjid dan kegiatan ibadah lainnya. Batasilah kegiatan berbelanja dan jalan-jalan yang berlebihan, jangan sampai membuat badan menjadi lelah. 

Kelelahan tentu akan membuat daya tahan tubuh menurun dan lebih mungkin tertular penyakit. 

Jaga selalu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), termasuk makan bergizi dan istirahat memadai. Mereka yang sakit kronik, selalulah mengonsumsi obat yang memang rutin harus digunakan.

Penulis:

Prof Tjandra Yoga Aditama

Penerima rekor MURI 2024 untuk penulis artikel COVID-19 terbanyak di media massa

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.