Dark/Light Mode

Hati Nurani Tidak Bisa Dibohongi

Rabu, 15 Januari 2020 06:48 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Itulah sebabnya, menurut anggota DPR dari Fraksi Gerindra, Desmond, pada awalnya gerindra menolak kehadiran Dewan Pengawas KPK, karena Dewas dapat menghambat kerja KPK. argumentasi Gerindra kini sudah terbukti.

Keempat, KPK sejak awal rupanya mengincar Sekjen PDIP. maka, tanggal 8 Januari yang lalu – menurut laporan investigasi majalah berita kondang itu – melancarkan operasi untuk ”menjemput” Hasto di kompleks PTIK, Kebayoran Baru. Hasilnya? nol besar. malah, kelima penyelidik KPK “ditahan” dan diinterogasi oleh sejumlah personil Polri yang bertugas di PTIK. Menjelang subuh, mereka baru dilepas. mabes Polri dengan cepat membantah kabar ini. Penyelidik KPK bukan ditahan, tapi dimintai keterangan oleh petugas keamanan PTIK karena identitas mereka tidak jelas, juga tidak diketahui untuk apa mereka memasuki kampus PTIK.

Pertanyaan kita: Apakah para petugas KPK tidak dibekali surat resmi dari atasannya ketika hendak menangkap Hasto? apakah mereka begitu naif dalam menjalankan tugasnya?

Baca juga : Luhut, Bertindaklah, Jangan Omong Saja!

Di masa KPK pimpinan Agus Rahardjo, nyaris tidak pernah ada pihak yang berani menghalangi operasi tangkap tangkap dan/atau operasi menggerebek kantor, termasuk kantor Ketua DPR-RI atau Ketua Mahkamah Konstitusi! Tidak ada yang berani alias mulus. Kini, mendatangi kantor partai politik saja bisa langsung diusir. mencoba menangkap terduga saja, bisa terbalik posisi: justru petugas KPK yang “ditahan” dan diinterogasi.

Demi membersihkan nama dan integritasnya, Pimpinan KPK sebaiknya SEGERA memberikan penjelasan kepada rakyat Indonesia (1) Apa yang terjadi dengan kasus Wahyu Setiawan secara komprehensif; (2) Bagaimana posisi Dewan Pengawas dalam kasus ini; (3) Bagaimana cerita sebenarnya tentang operasi petugas KPK di PTIK yang berakhir mengenaskan, bahkan terkesan pembodohan terhadap nama baik KPK!

Mengenai Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP, tentu semua pihak harus menahan diri, harus menghormati prinsip praduga tak bersalah walaupun penyelidik KPK sah-sah saja jika memiliki dugaan keterlibatan orang kedua di PDIP ini. masyarakat berharap Hasto jangan politicking, jangan main pat-gulipat. Terus terang, nama PDIP sungguh tercoreng dengan kasus suap Wahyu Setiawan. Hasto sebaiknya melakukan introspeksi dan bertanya sajujurnya pada HATI NURANINYA, apa sebenarnya yang terjadi?

Baca juga : Jakarta Banjir, Apa Kerja Anies?

Thomas Aquinas membedakan antara hati nurani dan suara hati. Hati nurani adalah pengetahuan intuitif tentang prinsip-prinsip moral (etis). Sedangkan suara hati adalah penerapan prinsip-prinsip moral pada kasus konkret. Guru saya, Frans Magnis Suseno yang lama menjadi guru Besar Ilmu Etika Universitas Indonesia, mengatakan hati nurani sesungguhnya berasal langsung dari Allah dan tidak dapat keliru. Mengapa demikian? Sebab, pada dasarnya hati nurani adalah baik. Allah pada dasarnya baik. Ia menciptakan segala sesuatu di bumi ini baik adanya.

Dengan lain perkataan, hati nurani TIDAK BISA dibohongi oleh si empunya, oleh orang yang bersangkutan. Jika seseorang tidak punya hati nurani lagi, ia sesungguhnya manusia bejat, manusia yang tidak menga kui eksistensi Allah.

Sekali lagi, saran kita kepada Hasto Kristiyanto: renungkanlah sedalamnya kasus Wahyu Setiawan dan kaitannya dengan PDIP. Pakai hati nurani anda, bukan emosi yang dikedepankan, bukan prinsip “membela partai sampai mati, right or wrong”. Zaman sudah berubah total; dalam era demokrasi, segala bentuk cover-up tidak akan efektif lagi.

Baca juga : KPK: Antara Pesimisme Dan Optimisme

Kepada Pimpinan KPK “baju baru”, termasuk Dewan Pengawasnya, idem ditto. Rakyat sedang memelototi anda semua, apakah anda sungguh-sungguh berkomitmen kuat untuk memberantas korupsi di Tanah Air, atau Anda tidak lebih kaki tangan atau berkolaborasi dengan orang-orang busuk di negeri ini. Jawaban atas pertanyaan ini takkan jitu jika bukan hati nurani yang dikedepankan! ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.