Dark/Light Mode

Mencermati Reorientasi Fungsi Masjid (1)

Selasa, 18 Februari 2020 07:08 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemikiran efektifitas pemanfaatan masjid akhir-akhir ini semakin berkembang. Kursus manajemen masjid juga sudah menjadi Lembaga professional yang diminati para pengelola masjid.

Masalahnya ialah masjid di dalam Islam itu memiliki ketentuan khusus. Masjid bukan aula pertemuan, makanya itu sangat dianjurkan untuk shalat tahiyyat masjid yakni melangsungkan shalat sunat dua rakaat sebelum kita duduk di masjid, sebagai symbol “Rumah Tuhan”.

Sejumlah larangan tidak boleh dilakukan di dalam masjid seperti berjual beli dan melakukan aksi teatrikal yang mengurangi sakralitas tempat suci masjid.

Baca juga : Epidemi Unta

Jumlah masjid juga semakin tak terbendung, karena umat Islam juga sudah banyak yang kaya. Bahkan bukan hanya fenomena di Indonesia tetapi juga di luar negeri termasuk di negara-negara adidaya.

Kehadiran masjid dan mushalah di negara-negara Barat seperti di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa, sepertinya tak terbendung lagi, seiring semakin pesatnya perkembangan umat Islam di negeri ini.

Hillary Clinton juga berkali-kali mengungkapkan bahwa agama paling pesat perkembangannya di Barat ialah agama Islam, dengan konotasi dan intonasi obyektif dan terkesan ‘memuji’.

Baca juga : Epidemiologi Talut-Jalut (2)

Di dunia Barat, termasuk AS sepertinya tidak ada county (pemerintahan setingkat kabupaten) yang tidak memiliki masjid/mushallah. Bahkan masjid/ mushalah itu umumnya berada di tempat-tempat yang strategis.

Jumlah jamaah masjid/mushalah bukan rahasia lagi merupakan rumah ibadah paling ramai dikunjungi jamaahnya. Pada hari Jum’at banyak masjid menjalankan shalat Jum’at dua kali rate, bahkan lebih, kaena tidak muat.

Penulis sendiri ketika masih bertugas di Washington DC, pernah memimpin hari raya Idul Fitri tiga kali waktu itu di aula Kedutaan Besar AS, walaupun hari itu bukan hari libur.

Baca juga : Epidemiologi Talut-Jalut (1)

Yang menjadi masalah saat ini ada di kalangan jamaah yang resah karena kecenderungan masjid/mushalah ditenggelamkan dari fungsi utamanya sebagai tempat pemujaan (masjid) menjadi ruang atau Gedung serba guna.

Jika semua aktivitas itu masih relevan dengan tujuan masjid untuk memakmurkan umat Islam mungkin masih dapat diterima mereka. Akan tetapi fungsi masjid di sejumlah wilayah di Barat, terutama di AS mengalami over activity sehingga kadang-kadang shalat fardhu berjamaah terganggu atau digeser waktunya, bahkan dipindahkan ke pojok-pojok tertentu.

Keresahan ini mulai muncul karena dirasakan ada semacam rekayasa untuk menjadikan masjid sebagai tempat untuk menyelesaikan seluruh persoalan umat Islam, bahkan untuk kelompok agama-agama lain, termasuk gelandangan, dengan alasan agama berfungsi untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.