Dark/Light Mode

New Normal Versus New Covid

Kamis, 4 Juni 2020 08:20 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Nah, ratusan ribu penduduk yang berhasil mudik selama 2 minggu sangat dikhawatirkan menjadi medium penyebar virus corona setelah mereka datang kembali ke Ibukota. Mungkin karena itu, data konfirmasi penduduk Jakarta yang terkena Covid-19 menunjukkan peningkatan. Hingga kemarin, 3 Juni 2020, jumlah yang terkonfirmasi 7.623, tambah 82 penduduk. Secara nasional, penduduk yang positif Covid-19 juga bertambah amat signifikan. Dari 25.216 jiwa pada 29 Mei 2020 meningkat jadi 28.233 pada 3 Juni 2020.

Menurut ketentuan WHO, kehidupan normal di sebuah negara atau komunitas baru boleh diterapkan apabila angka reproduksi efektif (Rt) kurang dari 1 atau minus 1 yang berarti 1 orang terinfeksi corona menularkan kurang dari 1 orang, Nah, berapa RT Indonesia saat ini? Masih sekitar 2!

Baca juga : Risiko Di Balik Tarik Ulur PSBB

PSBB dan New Normal memang dua fenomena yang kontradiktif, berlawanan. Dalam bahasa yang lebih mudah dicernakan: Mana lebih penting, sembuh dari corona atau pertumbuhan ekonomi?

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, keduanya ditargetkan oleh pemerintah. Hal itu berarti, pada saat kita memerangi corona, pertumbuhan ekonomi tidak kita lupakan. Dalam praktek, keinginan ini SUSAH dicapai. Ketika Covid-19 merajalela, kegiatan bisnis/perdagangan nyaris berhenti; pemasukan Negara melorot tajam. Di sisi lain, anggaran yang dikucurkan pemerintah untuk menangani corona dan membantu rakyat kelas bawah yang terkena luar biasa besar. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi anjlok sangat signifikan.

Baca juga : Kontroversi Kasus Kivlan Zein

Kemenko Perekonomian kemarin mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun ini melorot hingga 2,97% dibandingkan target 5% dari pemerintah. Jika pada kuartal II covid-19 masih ganas, pertumbuhan ekonomi mungkin jadi minus! Oleh sebab itu, menurut Presiden Jokowi, “Program pemulihan ekonomi nasional memberikan manfaat nyata pada pelaku usaha utamanya sektor industri padat karya agar mereka dapat mampu beroperasi, beroperasinya kembali industri akan menghindari adanya gelombang PHK yang masif. Sebab, para pelaku industri ini akan memanggil kembali atau butuh tenaga kerja lagi untuk operasionalnya.”

Pernyataan Jokowi kemarin sepenuhnya betul. Hanya saja, apakah keinginan Presiden itu, yang juga impian para pengusaha, juga didukung oleh pekembangan Covid-19 di negara kita jika dilaksanakan SEKARANG?

Baca juga : Perilaku Stafsus Mencoreng Integritas Presiden

Sebagian besar ahli epidemologi dan kedokteran kita akan geleng-gelengkan kepala dengan ekspresi wajah prihatin jika disodorkan pertanyaan ini. Ancaman Covid-19 di Indonesia masih RIIL, bukan fiktif. Hal itu tercermin dari data yang ada hingga sekarang. Jangan juga dilupakan, berapa penduduk Indonesia yang sudah di-test corona sampai sekarang? Masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang 265 juta. Kita juga masih menunggu bagaimana dampak negatif dari ratusan ribu penduduk yang baru atau segera balik dari mudik terhadap penyebaran corona.

Begitulah situasi dilema besar yang sedang kita hadapi: Antara impian segera menerapkan New Normal dan ancaman New Covid (Gelombang kedua Covid-19) yang tidak boleh diremehkan. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.