Dark/Light Mode

Polemik Diksi ‘PBNU Radikal’ Dalam Buku Siswa SD

ROBIKIN EMHAS : Ini Untuk Kesekian Kalinya Kemendikbud Kebobolan

Senin, 11 Februari 2019 11:08 WIB
Polemik Diksi ‘PBNU Radikal’ Dalam Buku Siswa SD ROBIKIN EMHAS : Ini Untuk Kesekian Kalinya 
Kemendikbud Kebobolan

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) keberatan dengan isi buku pelajaran tematik kelas 5 SD terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menggolongkan NU sebagai organisasi radikal. 

Merujuk dari potret halaman buku yang dimaksud, NU digolongkan sebagai organisasi radikal di masa penjajahan. Tak hanya itu, di halaman yang sama, NU juga bersandingan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai organisasi penentang penjajah. 

Buku ini memicu protes PBNU dan warga nahdlyin. Mereka menilai pilihan diksi ‘radikal’ yang digunakan dalam buku itu bisa dimaknai keliru oleh siswa yang mempelajarinya. Meski diksi ‘radikal’ di situ bisa dipahami sebagai organisasi yang bersikap keras menentang penjajah.

Baca juga : TOTOK SUPRAYITNO : Kami Tidak Memaknai NU Sebagai Ormas Radikal

Namun bukan tidak mungkin diksi itu dimaknai keliru oleh siswa SD yakni; sebagai organisasi teroris anti pemerintah. Untuk itu PBNU meminta Kemendikbud bertanggung jawab untuk menarik buku itu dari peredaran. Berikut ini penjelasan dari Kemendikbud dan PBNU.

Sebenarnya apa sih yang membuat PBNU keberatan dengan isi buku tersebut? 
Sebenarnya persoalan ini sudah selesai dan kami sudah sebar ke media tentang persoalan ini. Kemudian teman-teman PBNU pun sudah bertemu dengan perwakilan Kemendikbud dan sudah selesai urusannya. 

Persoalannya hanya pada buku kelas 5 SD? 
Ya, itu di antaranya. 

Baca juga : SOFYAN DJALIL : Ini Penyakit Lama Yang Perlu Diperangi

Kemudian problemnya hanya di diksi radikal? 
Ada di beberapa yang lain tapi yang kebetulan menjadi percakapan publik yang itu. 

Padahal NU bukan seperti itu? 
Ya, Anda tahu sendiri memang NU termasuk kategori organisasi radikal? Sungguh pun itu disematkan pada peristiwa pra kemerdekaan, jika misalkan ingin menggunakan idiom tertentu misalnya lebih tepat patriotik. 

Kenapa demikian? 
Karena dengan memberikan diksi radikal itu yang sekarang ini terasosiasi dengan kelompok-kelompok lain yang dinilai masih belum menerima Pancasila. 

Baca juga : DEWI KARTIKA : Gratis Bukan Berarti 100 Persen Tanpa Biaya

Jadi diksi yang paling pantas apa? 
Patriotik itu lebih tepat dibacanya. Apabila di dalamnya itu penyebutan radikal maka termasuk PKI. 

Jadi Kemendikbud hanya sekadar revisi di diksi tersebut? 
Ya, disusun ulang karena ada banyak hal selain itu. 
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.