Dark/Light Mode

Denny JA Dorong Puisi Esai Masuk Sekolah

Minggu, 18 Juni 2023 17:03 WIB
Denny JA. (Foto: Ist)
Denny JA. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penggagas Puisi Esai Denny JA, mengapresiasi Pemerintah Sabah, Malaysia yang berkomitmen mengadakan agenda tahunan Festival Puisi Esai ASEAN.

Hal ini disampaikan oleh Denny menanggapi Festival Puisi Esai ASEAN yang digelar di Sabah, Malaysia, pada 16-18 Juni 2023.

"Terima kasih banyak kepada pemerintahan Sabah yang berkomitmen mengadakan festival tahunan Puisi Esai ASEAN," kata Denny dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (18/6).

Denny mengatakan, sudah saatnya puisi esai masuk ke dalam pelajaran sekolah agar para murid memiliki wadah menceritakan dunia sehari-harinya dengan sentuhan sastra, melalui riset, serta mengawinkan fakta dan fiksi. "Sastra menjadi stimulator kita semua untuk menggali keindahan, empati dan compasion," sambung Denny.

Baca juga : Lukisan AI Denny JA Dipamerin Di Taman Ismail Marzuki

Lebih lanjut, ia menjelaskan, menyambut festival puisi esai ASEAN, ia teringat pada seorang penulis bernama Tim Weed. Tim Weed menyatakan, peristiwa sejarah akan jauh lebih kaya jika dituliskan dalam sastra, seperti dalam genre historical fiction.

"Melalui sastra, kita mengalami dunia baru. Kisah sebenarnya tak hanya kita pahami sebagai data yang kering soal tokoh, peristiwa, tempat dan tahun kejadian. Tapi sastra memberikan sentuhan emosi, membuat kisah ini menjadi personal dengan memasukkan karakter tertentu," katanya.

Tim Weed sendiri diketahui menulis novel sejarah berjudul  Will Poole’s Island (2014). Ia berharap para pembaca novel itu akan memahami asal- usul Amerika abad ke-17 secara berbeda.  

"Ia tak hanya mengangkat kembali peristiwa yang dapat diketahui pula melalui buku sejarah. Tapi ia masukkan fiksi yang membuat peristiwa di abad 17 itu memberikan sentuhan emosional dan filosofi yang lebih dalam," kata Denny.

Baca juga : Industri AMDK Didorong Gunakan Kemasan Daur Ulang

Puisi esai, sambungnya, adalah bagian dari genre historical fiction itu. Tapi dalam puisi esai, penulis tak hanya menceritakan sepotong sejarah yang jauh di masa lalu. Penulis juga mengkisahkan peristiwa yang hangat dibicarakan di masa kini.

"Agar lebih mendalam, kita tambahkan fiksi dalam kenyataan yang sebenarnya. Dan kita berikan catatan kaki, agar pembaca dapat menggali kisah sebenarnya," terangnya.

Puisi esai menjadi bentuk terbaru genre historical fiction. Ia bukan novel tapi puisi. Ia tak hanya soal sejarah di masa lalu, tapi juga kisah sebenarnya di masa kini. Ia mewajibkan catatan kaki tentang kisah sebenarnya yang diangkat dalam puisi esai.

"Catatan kaki bukan sekedar penambah keterangan puisi. Catatan kaki dalam puisi esai jauh lebih strategis karena ia menjadi ibu kandung lahirnya puisi di atasnya," tambah Denny.

Baca juga : Kompetensi Agen Dorong Inklusi Literasi Industri Asuransi Jiwa

Lebih lanjut, ia menyatakan, kebahagiaannya bahwa dalam festival puisi esai kali ini, hadir pula buku kumpulan puisi esai soal Anwar Ibrahim. Sebanyak 20 penulis Malaysia dan Indonesia menuliskan sosok Anwar Ibrahim, Perdana Menteri sekarang, dalam bentuk puisi esai.

"Membaca puisi esai itu, saya tak hanya lebih mengenal sosok Anwar Ibrahim sebagaimana yang dapat kita pelajari melalui buku sejarah, atau melalui jurnalisme," kata Denny.

"Tapi ada fiksi yang membuat kisah Anwar Ibrahim terasa lebih personal. Ada yang menghubungkan kisah Anwar Ibrahim dengan kisah Ayah penulis. Ada yang menafsir Anwar Ibrahim berdasarkan mitologi Yunani, Oedipus Rex," tutupnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.