Dark/Light Mode

Ini Jurus Jitu Hadapi Berita Bohong

Jumat, 23 Juni 2023 19:13 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Penelitian Dewan Pers pada November 2019 menunjukkan bahwa hampir 70 persen masyarakat Indonesia mengandalkan informasi dari media sosial.

Meski, banyak mendatangkan manfaat, derasnya arus informasi ini juga menyimpan resiko yang sangat serius, yang paling besar adalah beredarnya berita hoax atau berita bohong.

Penyebab beritan bohong cepat menyebar, di antaranya adalah rendahnya tingkat literasi di masyarakat, ditambah lagi adanya fenomena fomo atau fear of missing out.

Fenomena ini mendorong seseorang secepat mungkin ingin menyebarkan informasi untuk menunjukkan bahwa dia juga tahu.

Karena itu, Kementerian Kominfo bersama GNLD Siberkreasi, menyelenggarakan kegiatan Obral-Obrol liTerasi Digital (OOTD) "Pintar Kebal Hoaks" pada Kamis (22/6).

Baca juga : BNPT: Generasi Muda Harus Jadi Agen Perdamaian

Menurut Aribowo Sasmito, yang merupakan Fact Checker Spesialis Mafindo, high season berita bohong beredar saat jelang dan selama ‘Musim Politik’.

Karena itu, melindungi perangkat digital atau gawai kita dengan ekstra juga perlu dilakukan, seperti menggunakan aplikasi tambahan.

Ari juga menambahkan, bahwa pesan hoaks dapat menggiring pada kejahatan siber lainya, dan yang paling sering terjadi adalah phising, atau penipuan yang dicirikan dengan percobaan untuk mendapatkan informasi yang sensitif.

Seperti, kata sandi dan kartu kredit, dengan menyamar sebagai seseorang atau pebisnis terpercaya melalui komunikasi elektronik resmi, seperti surat elektronik atau pesan instan.

Hal ini tak hanya menimhukan kerugian finansial, namun juga psikis.

Baca juga : Cari Ponsel Jatuh, Waduk Dikeringkan

“Rata-rata yang mereka ambil penjahat-penjahat sekarang itu di era cyber ini adalah minjam uang nih dengan menggunakan nama pribadi kita ataupun juga orang tua kita dan itulah hal apa sih yang berbahaya adalah dari psikis dan juga nanti juga bisa kena karena hukum juga bisa dan itu tentunya bahayanya sangat luar biasa mungkin ini eranya digital tetapi dampaknya sangat nyata," tegas Ari.

Sedangkan menurut Virna Lim, Ketua Umum Sobat Cyber Indonesia, sasaran empuk berita bohong tak hanya anak muda, tapi juga orang tua terutama perempuan. Karena perempuan seringkali mudah terbawa perasaan.

Virna juga menambahkan, penting membekali diri dengan literasi digital. Virna juga menegaskan bahwa kebiasaan untuk merasa FOMO, sehingga ingin sesuatu tersebar cepat harus dipertimbangkan lagi.

“Bahwa kita perlu banyak sekali memfilter dan juga meningkatkan literasi lagi karena sebenarnya literasi itu menuntut kita untuk mencari kebenaran dari suatu konten dan ini juga dampaknya sangat berbahaya sekali baik dari jejak digital kita baik tadi mau cari kerja mau cari jodoh," ujar Virna.

Menurut Nasrullah Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah, berangkat dari kesadaran bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan keniscayaan dan harus disyukuri.

Baca juga : Ryo Matsumura Ngalap Berkah Nomor 7

Buahnya adalah internet dan sosial media. Karena itu, PP Muhammadiyah terus melakukan edukasi terkait literasi digital seperti identifikasi potensi penyebaran hoax khususnya dalam tahun pemilu 2024.

“Kita akan coba lakukan klasifikasi konten hoax melalui media ketika misalnya ada potensi hoax yang kita lihat kita coba membangun opini juga jadi istilahnya ada perang opini lah. Kita coba merumuskan langkah strategis dari segi hukum menghadapi potensi pelanggaran terhadap larangan penyebaran hoax yang berpotensi mengganggu persatuan anak bangsa anak bangsa," tegas Nasrullah.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.