Dark/Light Mode

Catat, Masyarakat Kita Bukan Malas Baca, Tapi Ketersediaan Buku Yang Kurang

Selasa, 20 April 2021 14:19 WIB
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando (Foto: Dok. Perpusnas)
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando kembali membantah tudingan yang menyebut bahwa budaya baca masyarakat Indonesia rendah. Dia menegaskan, masyarakat Indonesia hanya kekurangan bahan bacaan, bukan malas membaca. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia kurang lebih 270 juta jiwa. Sementara, jumlah bahan bacaan yang Perpusnas data di semua jenis perpustakaan umum (bukan di sekolah, perguruan tinggi, atau di rumah) adalah 22 juta. Artinya, rasio buku dengan total penduduk belum mencapai satu buku per orang/tahun (0,098). Sedangkan, di benua Eropa dan Amerika rata-rata sanggup menghasilkan 20-30 buku per orang setiap tahun. 

“Angka ini cukup menguatkan bahwa orang Indonesia bukan malas membaca, tapi ketersediaan buku yang kurang,” kata Syarif dalam Talk Show “Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Sosial,” di Radio Elshinta, Selasa (20/4).

Baca juga : Brantas Abipraya Berikan Bantuan Kemanusian untuk NTT

Syarif lalu memaparkan antusiasmenya anak-anak terhadap buku. Keberadaan Perahu Pustaka, Kuda Pustaka, Becak Pustaka, Angkot Pustaka, Mobil Pustaka, dan fasilitas bacaan lainnya di Indonesia selalu disambut gembira anak-anak di daerah.

Untuk anak-anak tidak bisa membaca buku, Syarif mengungkapkan beberapa faktor. Pertama, akses ke buku sulit. Padahal, bila masyarakat disodori buku-buku yang sesuai, mereka akan sangat senang membaca.

Kedua, bukunya jelek-jelek. Bahkan, sebagian merusak imajinasi anak. Menurutnya, akibat buku terbitan dalam negeri kurang menarik, anak-anak di banyak daerah menjadi gandrung dengan buku-buku terbitan/terjemahan dari luar negeri yang lebih memikat. Di sinilah letak kekhawatiran, karena anak-anak bisa terasing dari lingkungannya sendiri. Banyak anak-anak di daerah yang lebih tahu soal hewan-hewan di belahan bumi lain ketimbang hewan-hewan di lingkungannya, dikarenakan mereka kekurangan suplai buku asli terbitan dalam negeri.

Baca juga : Trend Setter Peradaban Dunia Islam (2)

“Anak-anak lebih fasih berbicara tentang beruang kutub atau dinosaurus ketimbang tentang kuda Sumba. Karena (beruang kutub dan dinosaurus) banyak dijumpai di buku-buku terjemahan. Kalau tentang kuda Sumba atau tentang elang Jawa, harusnya ditulis oleh orang Indonesia sendiri yang lebih menarik,” tambahnya.

Syarif juga mengklasifikasi empat tingkatan literasi, yang menurutnya ampuh membantu memulihkan ekonomi dan reformasi sosial, terutama di masa pandemi saat ini. Pertama, tersedianya akses kepada sumber-sumber bahan bacaan terbaru (up to date). Kedua, kemampuan memahami bacaan secara tersirat dan tersurat. Ketiga, kemampuan menghasilkan ide-ide, gagasan, kreativitas, dan inovasi baru. Keempat, literasi adalah soal kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang bermanfaat bagi khalayak.

“Transformasi layanan dari Perpusnas berbasis inklusi sosial mampu menjawab keresahan dan kekhawatiran masyarakat saat situasi pandemi Covid-19. Keterlibatan peran masyarakat lewat bermacam aktivitas transformasi pengetahuan atau transfer knowledge, seperti pelatihan, tutorial, dan pendampingan kegiatan yang memiliki nilai ekonomis,” katanya.

Baca juga : Trend Setter Peradaban Dunia Islam (1)

Perpusnas juga memberikan pendampingan pilihan ekonomi masyarakat yang dikehendaki masyarakat. Lalu mencarikan informasi agar bisa dipraktikkan sehingga mampu mendongkrak kemauan dari bawah dan mau berlatih hingga akhirnya mampu membangun usaha mikro sekelas home industry.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.