Dark/Light Mode

Jangan Terjebak, 7 Hal Ini Sering Bikin Orang Merasa Dicovidkan

Sabtu, 24 Juli 2021 10:10 WIB
Ilustrasi hasil swab test antigen yang negatif (Foto: Net)
Ilustrasi hasil swab test antigen yang negatif (Foto: Net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Takut dicovidkan. Ketakutan ini kerap menghantui sebagian masyarakat, jika harus berurusan dengan rumah sakit.

Mereka berasumsi rumah sakit melakukan upaya mengcovidkan, demi mendapatkan dana penanganan pasien Covid-19. Padahal, faktanya tidak.

Belakangan, tuduhan rumah sakit mengcovidkan pasien, berkembang di masyarakat. Buntutnya, masyarakat enggan melakukan tes Covid-19.

Padahal, keengganan masyarakat melakukan tes Covid-19, bisa berakibat fatal terhadap penanganan pandemi di hulu.

Makin banyak kasus tak terdeteksi,  makin sulit memutus penularan. Konsekuensi logis dari kegagalan deteksi di hulu ini, adalah tingginya angka kematian.

Baca juga : Olimpiade Tokyo Berakhir, WHO Ramal 100 Ribu Orang Bakal Meninggal Kena Covid

Terkait hal ini, dr. RA Adaninggar, Sp.PD menegaskan, dari sisi ilmu kedokteran, tak ada yang namanya istilah dicovidkan.

Yang ada adalah diagnosis banding, karena di era pandemi saat ini, Covid harus masuk ke dalam salah satu diagnosis infeksi.

"Hasil tes negatif, tidak serta merta bisa digunakan untuk menyingkirkan diagnosis Covid, karena alat tes memiliki tingkat akurasi tertentu," ujar dokter yang akrab disapa Ning, via laman Instagramnya.

Sehingga, bila terjadi pada orang-orang yang bergejala atau kontak erat, interpretasi hasil negatif harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Dibutuhkan langkah-langkah lanjutan, untuk meningkatkan sensitivitas diagnosis.

Berikut 7 asumsi atau kondisi yang membuat orang sering merasa dicovidkan:

Baca juga : Layanan First Media Sering Mati, Pelanggan Dirugikan

1. Kalau bergejala flu, jangan swab antigen atau PCR, karena hasilnya pasti positif.

Ning menyebut, salah satu penyebab flu memang Covid. Swab antigen/PCR memiliki spesivitas 99-100 persen. Spesifik hanya memeriksa virus penyebab Covid.

"Jadi, bila ada gejala flu dan diswab antigen/PCR positif, ya berarti ada virus atau materi genetik virus di sampel swab," jelas dokter yang berpraktek di RS Adi Utomo dan RS Brawijaya Surabaya itu.

2. Nggak ada diagnosis lain, semua penyakit sekarang disebut Covid.

Gejala Covid tidak ada yang spesifik. Sebagian besar merupakan gejala flu. Sehingga, gejala flu di era pandemi merupakan salah satu diagnosis Covid.

Baca juga : Donnarumma Terbaik, Pedri Paling Bersinar

Diagnosis ditegakkan oleh dokter, berdasarkan penggalian riwayat penyakit, riwayat kontak erat, dan pemeriksaan penunjang.

"Kadang, infeksi Covid bisa terjadi pada orang-orang yang sudah memiliki penyakit kronis sebelumnya. Biasanya, penyakit kronis ini tidak akan mengalami perburukan, bila tidak terkena kondisi akut. Salah satunya, infeksi," terang Ning.

Jika tidak sesuai dengan riwayat penyakit Covid dan tidak didukung pemeriksaan penunjang lain, ya tidak akan didiagnosis Covid.

Diagnosis Covid sepenuhnya merupakan wewenang penilaian klinis dokter. Bukan hanya berdasarkan hasil swab antigen/PCR.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.