Dark/Light Mode

Anak-anak Korban Gempa Bumi dan Likuifaksi Balaroa Gembira Sambut Lebaran

Rabu, 5 Juni 2019 06:30 WIB
Anak-anak Korban Gempa Bumi dan Likuifaksi Balaroa Gembira Sambut Lebaran

RM.id  Rakyat Merdeka - Gema takbir, tahmid, dan tahlil menyambut Idul Fitri 2019 tiada henti berkumandang dari sejumlah masjid darurat di kawasan pengungsian terpadu Sport Center, Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, sejak Selasa (4/6) malam.

Hari ini, para pengungsi korban gempa bumindan likuifaksi yang terdiri dari 400 Kepala Keluarga itu, menjalankan shalat Id di masjid-masjid darurat tersebut. Dengan suasana duka yang masih menyelimuti, karena harus berlebaran di tenda pengungsian.

Namun, duka tersebut tampak sejenak pergi, manakala mayoritas remaja dan anak-anak tampak tidak sabar menunggu giliran membacakan takbir, tahmid, dan tahlil melalui mik yang disediakan pengurus masjid.

Baca juga : BNI Mudahkan Transaksi Saat Libur Lebaran

"Ini sekaligus menjadi ajang trauma healing anak-anak di sini, supaya tidak sedih karena harus merayakan malam Idul Fitri di tenda-tenda pengungsian," kata Imam Masjid Darurat Mubarakah, Ahyar kepada Kantor Berita Antara di sela pembagian zakat fitrah, Selasa (4/6) malam.

Apalagi, menurut dia, pergaulan anak-anak saat ini sangat rentan terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Sehingga, kegiatan-kegiatan kegamaan penting dihidupkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Daripada mereka hanya buat kegiatan yang sia-sia dan tidak berguna seperti main petasan,mending mereka takbiran di sini (masjid)," tuturnya.

Baca juga : Oyo Permudah Pencarian Hotel Saat Libur Lebaran

Anggota jemaah Ahmad mengaku sangat terharu sebab suasana malam takbiran di Kota Palu, terutama di masjid darurat Mubarakah.

 "Malam Lebaran tahun lalu langit Palu penuh dengan kembanh api yang selalu ditembaki warga, sebagai bentuk kebahagiaan menyambut Idul Fitri. Pada tahun ini, di sini saja (kawasan pengungsian Balaroa) sangat sederhana," ucapnya.

Bahkan kata dia, tidak ada satu pun pengungsi yang menyalakan kembang api dan terkesan lebih sunyi dan sepi. "Tidak seperti biasanya. Biasanya kalau malam Lebaran begini, warga sangat ribut dan ke sana kemari mengurus persiapan dapur atau membeli pakaian. Ini tidak. Pengungsi hanya di tenda dan tidak terasa euforia menyambut lebaran dari raut wajah sebagian besar pengungsi," ucapnya.

Baca juga : Generasi Muda dan Polri Harus Bisa Segera Merajut Kebangsaan Pasca-Pilpres

Kemungkinan, menurut dia, hal itu disebabkan kesedihan dan duka yang masih menyelimuti para pengungsi. Sehingga merayakan malam Lebaran bukanlah menjadi suatu keharusan atau tradisi yang wajib untuk mereka lakukan.

Balaroa menjadi salah satu kawasan terparah bencana gemp bumi dan likuifaksi di Kota Palu, Sulawesi Tengah pada tanggal 28 September 2018. Ribuan nyawa meninggal atau belum ditemukan di kawasan yang dulunya adalah perumahan nasional (perumnas) itu. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.